Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengaku terkejut dengan hasil referendum masyarakat Inggris Raya atau Britania, yang memilih untuk keluar dari Uni Eropa. Sebelumnya Ia memperkirakan akan lebih banyak yang lebih memilih tetap bergabung dibandingkan dengan keluar atau yang lebih dikenal dengan istilah Brexit.
Setelah keluarnya hasil referendum, Bambang memperkirakan pasar keuangan global akan bergejolak. Begitu juga dengan pasar keuangan dalam negeri.
Catatan saja, hasil sementara referendum Inggris menunjukkan keunggulan perolehan suara untuk kubu yang ingin meninggalkan Uni Eropa (Brexit). Sampai pukul 4:15 pagi waktu London, keunggulan 560.000 lebih suara untuk kubu Brexit daripada untuk bertahan.
Walhasil, banyak pasar saham memerah mulai dari Tokyo sampai London dan Chicago. Poundsterling mengalami penurunan tertajam dalam sejarah untuk menyentuh level terendah sejak tahun 1985.
Tidak hanya pasar keuangan, pasar saham juga diperkirakan akan tertekan. Bahkan pasar surat berharga negara akan ikut tertekan. "Tetapi ini adalah gejala sementara sampai pasar keuangan dunia menemukan keseimbangan yang baru, setelah Inggris keluar," kata Bambang, Jumat (24/6) di Jakarta.
Gejala yang terjadi di pasar keuangan global itu merupakan hal yang wajar. Mengingat, Inggris merupakan negara terpenting dalam perekonomian Eropa. Inggris merupakan negara dengan tingkat Gorss Dometic Bruto (GDP) terbesar, setelah Jerman.
Jadi, tanpa Inggris akan membuat kekuatan ekonomi Benua Biru berkurang. Dampak yang dihawatirkan ke depan adalah, posisi tawar negara-negara Uni Eropa akan berkurang.
Bagi Indonesia, keluarnya Inggris tidak akan mempengaruhi kerjasama perdagangan dengan Uni Eropa. Hanya saja, untuk menjalin kerjasama perdagangan dengan Inggris pemerintah tidak perlu melalui Uni Eropa lagi, cukup secara bilateral.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News