kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menkeu awasi banjir dana asing


Rabu, 06 Oktober 2010 / 19:38 WIB
Menkeu awasi banjir dana asing
ILUSTRASI. Negara Dengan Cadangan Devisa Terbesar di Dunia - China


Reporter: Hans Henricus | Editor: Cipta Wahyana

JAKARTA. Aliran dana asing yang terus masuk mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menguat. Meski menilai situasi ini positif, menurut Menteri Keuangan Agus Martowardojo, pemerintah terus memantau kuatnya arus masuk dana asing ini.

"Kita mesti jaga-jaga di balance of payment (neraca pembayaran) dan fiskal untuk menjaga efisiensi competitiveness (daya saing) Indonesia," kata Agus usai bertemu Presdien di kantor Presiden, Rabu (6/10).

Sekadar informasi, hari ini, IHSG menembus level 3.600 setelah sempat turun ke level 3.500-an pagi tadi. Di akhir perdagangan, indeks ditutup di level 3.603,404 atau menguat 0,33% dibandingkan penutupan kemarin.

Agus menambahkan, pemerintah juga terus berupaya menjaga agar kondisi ekonomi makro tetap stabil. Cara yang ditempuh pemerintah di antaranya: menyusun anggaran yang efisien dan mengupayakan defisit sebesar 1,7% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pemerintah juga menjaga cadangan devisa yang saat ini terus meningkat hingga mencapai US$ 86,5 miliar. "Kita menjaga kondisi makro dan keharmonisan kebijakan moneter dan fiskal," kata mantan Direktur utama Bank Mandiri itu.

Catatan saja, tren pelemahan nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) dan euro akibat kebijakan moneter superlonggar di AS dan Eropa telah membuat investor beramai-ramai melepas aset-set berbasis dollar dan euro. Sebagai gantinya, mereka kemudian menubruk aset-set di negara berkembang (emerging market), termasuk Indonesia.

Beberapa negara berkembang lain telah bergerak cepat untuk meredam dana panas ini. Brazil, misalnya, baru saja menaikkan pajak surat utang pemerintah bagi investor asing hingga 100%. Maklum, dana panas bisa membuat mata uang lokal bergerak liar. Selain itu, penguatan nilai tukar lokal--rupiah misalnya--yang terlalu besar juga bisa mengancam ekspor. Sebab, produk kita di luar negeri menjadi lebih mahal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×