kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.869   11,00   0,07%
  • IDX 7.263   67,25   0,93%
  • KOMPAS100 1.115   10,88   0,99%
  • LQ45 887   9,60   1,09%
  • ISSI 222   1,45   0,66%
  • IDX30 454   5,14   1,15%
  • IDXHIDIV20 546   5,88   1,09%
  • IDX80 128   1,15   0,90%
  • IDXV30 135   0,85   0,63%
  • IDXQ30 151   1,85   1,24%

Menkes Sebut Tak Ada Laporan Kasus Efek Samping TTS Vaksin AstraZeneca di Indonesia


Jumat, 03 Mei 2024 / 20:53 WIB
Menkes Sebut Tak Ada Laporan Kasus Efek Samping TTS Vaksin AstraZeneca di Indonesia
ILUSTRASI. Petugas kesehatan menyiapkan dosis vaksin COVID-19 penguat (booster) jenis AstraZeneca untuk disuntikkan kepada warga di sebuah pusat perbelanjaan di Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (17/1/2022). Pemerintah Kota Semarang menargetkan vaksinasi penguat atau vaksinasi dosis ketiga kepada sebanyak 5.000 penerima per hari yang tersebar di 37 puskesmas, sejumlah rumah sakit serta beberapa lokasi yang telah ditentukan di Kota Semarang sebagai upaya mendukung pemerintah dalam mempercepat penanggulangan pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Aji Styawan/wsj.


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin buka suara terkait adanya efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca.

Vaksin disebut dapat memicu kejadian sindrom trombosis dengan trombositopenia atau thrombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS).

Budi mengatakan, WHO telah memberi rekomendasi penggunaan vaksin AstraZeneca sebagai salah satu vaksin Covid-19. Pertimbangannya karena manfaat penggunaan vaksin lebih besar daripada risiko.

Baca Juga: Tidak Ada Efek Samping Akibat Vaksin COVID-19 di Indonesia

Selain itu, penggunaan AstraZeneca juga telah melalui proses Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI).

"Alhamdulillahh sampai sekarang saya cek datanya, apakah ada kejadian itu di Indonesia? Tidak. Apakah ada kejadian itu di luar negeri? Mungkin ada. Besarnya berapa banyak, sekali lagi memang tergantung dari genetika populasinya," jelas Budi di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (3/5).

Ketua Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas PP KIPI) Hinky Hindra Irawan Satari mengatakan, tidak ada kejadian sindrom trombosis dengan trombositopenia atau thrombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) setelah pemakaian vaksin COVID-19 AstraZeneca di Indonesia. 

Sesuai rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), Komnas KIPI bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan BPOM melakukan surveilans aktif terhadap berbagai macam gejala atau penyakit yang dicurigai ada keterkaitan dengan vaksin COVID-19 termasuk TTS. 

Baca Juga: Komnas KIPI: Tidak Ada Efek Samping TTS Akibat Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Survei dilakukan di 14 rumah sakit di 7 provinsi yang memenuhi kriteria selama lebih dari satu tahun.

Hinky menjelaskan, selama setahun, bahkan lebih, pihaknya mengamati dari Maret 2021 sampai Juli 2022. Kemudian, pengamatan dilanjutkan lebih dari setahun karena tidak ada gejalanya.

Pihaknya melanjutkan beberapa bulan untuk juga memenuhi kebutuhan jumlah sampel yang dibutuhkan. Hal itu untuk menyatakan ada atau tidak ada keterkaitan. 

"Sampai kami perpanjang juga tidak ada TTS pada AstraZeneca. Jadi, kami melaporkan pada waktu itu tidak ada kasus TTS terkait vaksin COVID-19," tutur Hinky.

Baca Juga: Efek Samping Vaksin AstraZeneca Bikin Trombosit Drop, Cek Cara Menaikkan Trombosit

Indonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Setelah surveilans aktif selesai, Komnas KIPI tetap melakukan surveilans pasif hingga hari ini. Berdasarkan laporan yang masuk, tidak ditemukan laporan kasus TTS.

“Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) bila ditemukan penyakit atau gejala antara 4 sampai 42 hari setelah vaksin disuntikkan. Kalaupun saat ini ditemukan kasus TTS di Indonesia, ya pasti bukan karena vaksin COVID-19 karena sudah lewat rentang waktu kejadianya,” jelas Hinky.

Baca Juga: Halodoc Memperkuat Bisnis Layanan Kesehatan Digital

Seperti diketahui, TTS merupakan penyakit yang menyebabkan penderita mengalami pembekuan darah serta trombosit darah yang rendah. Kasusnya sangat jarang terjadi di masyarakat, tapi bisa menyebabkan gejala yang serius.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×