Sumber: Kompas.com | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus infeksi Covid-19 varian Omicron siluman sudah terdeteksi di Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, sejauh ini sudah ada 330 kasus Omicron siluman di Indonesia siluman.
Omicron siluman adalah sebutan bagi subvarian Omicron BA.2. yang berasal dari garis keturunan varian Omicron. Untuk diketahui Omicron terdiri dari beberapa subvarian. Subvarian yang paling umum adalah BA.1, BA.1.1, dan BA.2.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi menuturkan, subvarian Omicron BA.2 atau Omicron siluman memiliki kemampuan menular lebih cepat daripada varian Omicron yang sekarang.
“Beberapa studi mengatakan, mengapa subvarian BA.2 menjadi kekhawatiran karena dikatakan varian BA.2 lebih cepat menular daripada Omicron yang sekarang," terang Nadia kepada Kompas.com, Kamis (3/3/2022).
Baca Juga: Obat Batuk Pilek Alami Ala Jepang, Bisa untuk Orang Dewasa dan Anak-anak
"Jadi akan banyak sekali orang sakit, kalau kemudian kita tidak segera deteksi (dengan tes PCR)," sambungnya.
Oleh sebab itu, deteksi dini apabila muncul gejala Covid-19 dengan tes PCR maupun rapid test antigen dinilai efektif untuk mencegah terjadinya cluster penularan yang lebih luas.
Omicron siluman berisiko sebabkan penyakit parah
Selain memiliki kemampuan menular lebih cepat, varian Omicron siluman juga mempunyai kemampuan mengelabui sistem kekebalan yang lebih baik dibandingkan subvarian BA.1.
Akibatnya, orang yang terpapar corona varian Omicron siluman ini akan lebih mudah sakit, dan virus tersebut juga berisiko menyebabkan penyakit parah pada pasien.
Baca Juga: Kenali Dua Gejala Baru Varian Omicron BA.2 atau Siluman
"Subvarian BA.2 meningkatkan kemampuan untuk membuat orang yang sudah sembuh menjadi sakit lagi, reinfeksi lebih tinggi pada orang yang terinfeksi dengan BA.2. Tapi kalau kita lihat dari sisi diagnostik dia (Omicron siluman) tidak bisa dideteksi dengan SGTF," terang Nadia.
Omicron siluman lebih sulit dideteksi
SGTF adalah S-gene Target Failure (SGTF), merupakan metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi varian Omicron.
Menurut Nadia, Omicron siluman yang juga dijuluki 'Son of Omicron' ini, memiliki kemampuan untuk menghindar dari hasil pemeriksaan SGTF.
Karena itu, untuk mendeteksi varian Omicron siluman, tidak bisa dilakukan dengan tes PCR biasa melalui pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS), termasuk pada subvariannya.
"(Pada) BA.2 tidak ada fenomena SGTF itu, sehingga pada pemeriksaan SGTF untuk menentukan apakah kemungkinan seseorang probable Omicron, bisa terdeteksi pada pemeriksaan WGS," sambung dia.
"Varian siluman ini, kan, dibilang BA.2, kenapa dibilang begitu karena biasanya (pada varian) Omicron protein S-nya tidak bisa kita deteksi karena ada mutasi di protein S-nya," ujar Nadia.
Antisipasi Omicron siluman
Secara jumlah, kasus infeksi Omicron siluman memang masih lebih sedikit dibanding kasus infeksi Omicron biasa.
Kendati begitu, penyebaran Omicron siluman ini tetap harus diwaspadai, sebab dia memiliki kemampuan untuk menular lebih cepat. Di antaranya adalah tetap menjalankan protokol kesehatan dan vaksinasi.
Baca Juga: Penurunan Kasus Covid-19 Dunia Bikin WHO Cemas, Ini Alasannya
"Jadi protokol kesehatan tetap harus disiplin, karena untuk mencegah penularan yang lebih cepat. Karena dia (subvarian BA.2) menularnya lebih cepat, deteksi dini penting karena akan juga membatasi penularan dan mencegah orang menjadi sakit yang berat, serta vaksinasi booster," jelas Nadia
Dia mengungkapkan bahwa vaksinasi booster atau dosis ketiga pun terbukti dalam meningkatkan efektivitas titer antibodi, artinya proteksi kita terhadap virus menjadi bertambah.
"Sehingga kemampuan BA.2 (virus Omicron siluman) untuk mengelabui sistem kekebalan bisa berkurang karena proteksi kita jauh lebih tinggi," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penjelasan Kemenkes soal Omicron Siluman yang Disebut Lebih Menular dari Omicron Biasa"
Penulis : Maulana Ramadhan
Editor : Maulana Ramadhan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News