kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.886.000   2.000   0,11%
  • USD/IDR 16.555   -55,00   -0,33%
  • IDX 6.980   147,08   2,15%
  • KOMPAS100 1.012   25,10   2,54%
  • LQ45 787   21,71   2,84%
  • ISSI 220   2,17   0,99%
  • IDX30 409   11,84   2,98%
  • IDXHIDIV20 482   15,28   3,27%
  • IDX80 114   2,54   2,27%
  • IDXV30 116   2,05   1,79%
  • IDXQ30 133   4,16   3,22%

Mengapa BI optimistis sekali rupiah bisa menguat ke Rp 15.000 di akhir tahun?


Jumat, 01 Mei 2020 / 16:45 WIB
Mengapa BI optimistis sekali rupiah bisa menguat ke Rp 15.000 di akhir tahun?
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan konferensi pers melalui fasilitas live streaming di Jakarta, Kamis (9/4/2020).


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adinda Ade Mustami

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Bank Indonesia (BI) optimistis, nilai tukar rupiah pada akhir tahun ini akan menguat ke level Rp 15.000 per dollar Amerika Serikat (AS). Bahkan, bank sentral super optimistis, nilai tukar rupiah bakal menguat ke kisaran Rp 14.900-Rp 15.300 per dollar AS pada tahun depan.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, potensi penguatan rupiah disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, nilai tukar rupiah saat ini masih undervalued

Baca Juga: BI super optimistis menatap prospek ekonomi 2021, pertumbuhan 7%, rupiah 14.900/US$

Perry bilang, hal tersebut lantaran defisit transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) Indonesia pada tahun ini akan lebih rendah. Perkiraan BI, CAD kuartal I-2020 akan lebih rendah dari 1,5% terhadap Produk Domestik Bruro (PDB) dan CAD sepanjang tahun 2020 akan lebih rendah dari 2% terhadap PDB.

Alhasil, "Kalau CAD lebih rendah, tentu saja ketekoran devisa lebih rendah. Kalau ketekoran devisa lebih rendah, itu mendorong nilai tukar yang menguat," papar Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Kamis (30/4) kemarin.

Baca Juga: Kebutuhan uang tunai saat Lebaran tahun ini diperkirakan turun 17,7%, ini penyebabnya

Kedua, tingginya perbedaan suku bunga dalam begeri dibanding suku bunga AS yang mencapai 7,5%. Tingginya perbedaan suku bunga tersebut, akan mendorong modal asing masuk ke pasar keuangan dalam negeri (inflow), termasuk ke pasar obligasi. 

Ketiga, adanya periode inflow dan outflow (modal keluar). Berdasarkan data yang diambil sejak 2011 hingga 2019, Perry bilang, terdapat periode outflow selama empat bulan. 

"Setelah outflow, apa yang terjadi? Ada periode inflow 21 bulan," tambah Perry. BI optimistis, akan terjadi inflow yang besar sehingga imbal hasil (yield) surat berharga negara (SBN) turun dan akan memperkuat nilai tukar rupiah.

"Kami confidence kurs akan menguat dan mengarah ke Rp 15.000 di akhir tahun. Itu pernyataan kami minggu lalu, sekarang (rupiah) sudah di bawah Rp 15.000," kata Perry. Pada perdagangan kemarin, BI mencatat, nilai tukar rupiah sudah berada di kisaran Rp 14.800-Rp 14.950 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×