kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.491.000   15.000   1,02%
  • USD/IDR 15.809   46,00   0,29%
  • IDX 7.187   52,40   0,73%
  • KOMPAS100 1.105   11,03   1,01%
  • LQ45 876   7,90   0,91%
  • ISSI 219   2,30   1,06%
  • IDX30 447   3,66   0,83%
  • IDXHIDIV20 540   4,70   0,88%
  • IDX80 127   1,25   1,00%
  • IDXV30 135   1,40   1,05%
  • IDXQ30 149   1,10   0,74%

Mengapa BI optimistis sekali rupiah bisa menguat ke Rp 15.000 di akhir tahun?


Jumat, 01 Mei 2020 / 16:45 WIB
Mengapa BI optimistis sekali rupiah bisa menguat ke Rp 15.000 di akhir tahun?
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan konferensi pers melalui fasilitas live streaming di Jakarta, Kamis (9/4/2020).


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adinda Ade Mustami

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Bank Indonesia (BI) optimistis, nilai tukar rupiah pada akhir tahun ini akan menguat ke level Rp 15.000 per dollar Amerika Serikat (AS). Bahkan, bank sentral super optimistis, nilai tukar rupiah bakal menguat ke kisaran Rp 14.900-Rp 15.300 per dollar AS pada tahun depan.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, potensi penguatan rupiah disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, nilai tukar rupiah saat ini masih undervalued

Baca Juga: BI super optimistis menatap prospek ekonomi 2021, pertumbuhan 7%, rupiah 14.900/US$

Perry bilang, hal tersebut lantaran defisit transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) Indonesia pada tahun ini akan lebih rendah. Perkiraan BI, CAD kuartal I-2020 akan lebih rendah dari 1,5% terhadap Produk Domestik Bruro (PDB) dan CAD sepanjang tahun 2020 akan lebih rendah dari 2% terhadap PDB.

Alhasil, "Kalau CAD lebih rendah, tentu saja ketekoran devisa lebih rendah. Kalau ketekoran devisa lebih rendah, itu mendorong nilai tukar yang menguat," papar Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Kamis (30/4) kemarin.

Baca Juga: Kebutuhan uang tunai saat Lebaran tahun ini diperkirakan turun 17,7%, ini penyebabnya

Kedua, tingginya perbedaan suku bunga dalam begeri dibanding suku bunga AS yang mencapai 7,5%. Tingginya perbedaan suku bunga tersebut, akan mendorong modal asing masuk ke pasar keuangan dalam negeri (inflow), termasuk ke pasar obligasi. 



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×