kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mendag sulit hapus broker, KPPU jalan terus


Senin, 30 Juni 2014 / 10:12 WIB
Mendag sulit hapus broker, KPPU jalan terus
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah?Bank Sumut.


Reporter: Risky Widia Puspitasari | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kementerian Perdagangan menyatakan, salah satu cara yang efektif untuk memotong rantai distribusi ayam dan menurunkan harganya adalah dengan menjaga ketersediaan ayam. Tapi, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, menilai, sulit untuk memotong mata rantai distribusi ayam potong saat ini. "Saya tidak bisa memotong mata rantai ketika supply tak stabil," kata Lutfi, di kantornya, akhir pekan lalu (27/6).

Menurut Mendag, saat ini, harga wajar ayam potong jenis broiler adalah di kisaran Rp 28.000–Rp 31.000 per kilogram (kg). Harga tersebut tergantung jumlah permintaan. Permintaan yang naik 10% ketika puasa merupakan hal yang wajar. Nah, agar pemotongan rantai distribusi bisa berjalan, harus ada ketersediaan ayam 40 juta sampai 41 juta ekor per minggu. "Pemotongan rantai distribusi yang dilakukan begitu saja bisa menyebabkan kebangkrutan massal," tutur Lutfi.

Berdasarkan harga ayam potong di Kementerian Perdagangan terbaru tanggal 27 Juni, harga ayam broiler sebesar Rp 31.966 per kg, naik 11% dari awal Juni (2/6) yang masih Rp 28.772 per kg. Sedangkan harga daging ayam kampung naik 7,1% dari Rp 56.811 per kg pada awal Juni (2/6) menjadi Rp 60.895 per kg pada 27 Juni 2014.

Lutfi juga mengusulkan agar para pedagang di pasar memiliki lemari pendingin tempat menyimpan ayam agar pasokan stabil. Dengan cara itu, pasokan ayam yang ada tak harus dijual pada hari itu juga.

Sebelumnya, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menerima laporan dari pengusaha soal mahalnya harga ayam yang disebabkan panjangnya rantai distribusi. Setelah bertemu dengan produsen ayam potong besar, KPPU juga menyimpulkan kenaikan harga ayam di tingkat konsumen terjadi akibat panjangnya rantai distribusi.

Menemukan monopoli

Kesimpulan tersebut dibuat setelah KPPU mengundang empat produsen besar ayam potong: PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, PT Malindo Feedmill Tbk, dan PT Sierad Produce Tbk.

Menanggapi saran Mendag, anggota KPPU Sukarmi menilai, memotong rantai distribusi adalah salah satu cara untuk menurunkan harga ayam potong di tingkat konsumen. Fokus utama KPPU dalam kasus ayam potong ini ialah cara menurunkan harga ayam.

Cara lain untuk menurunkan harga ayam potong di tingkat konsumen memang menambah pasokan ayam. "Jika pasokan banyak memang harga bisa turun, tapi kalau pasokan kurang dan rantai distribusi panjang, harga akan makin mahal," tutur Sukarmi kepada KONTAN, minggu (29/6).

Rencananya, KPPU akan membuktikan monopoli pasar para broker yang membuat rantai distribusi ayam menjadi panjang. Untuk itu, KPPU akan memanggil perwakilan peternak kecil sekitar di Jabodetabek. "Waktunya kami belum tahu, yang jelas secepatnya," tutur Sukarmi.

Ke depan, KPPU akan mendalami sepak terjang para broker yang merajai pasar sebab margin keuntungan yang mereka nikmati terbilang sangat besar. Menurut Sukarmi, kementerian Perdagangan pun sempat mengakui adanya broker besar dan kecil yang selama ini bekerjasama.

Saat ini, KPPU masih menutup rapat identitas para broker tersebut. Menurut Sukarmi, informasi dari pengusaha kepada KPPU menyebut, kebanyakan broker itu bersaudara dan tak memiliki badan usaha. KPPU akan menyelidiki secara tuntas dengan memanggil pelaku usaha. "KPPU akan langsung bertindak dengan memerintahkan penurunan harga jika ditemukan bukti monopoli," kata Sukarmi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×