Reporter: Muhammad Afandi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Hanif Dhakiri mengatakan bahwa mismatch angkatan kerja masih menjadi masalah utama. Mismatch terjadi karena tidak sinkronnya pendidikan angkatan kerja dengan kebutuhan yang diharapkan industri.
Hanif menilai angka mismatch di Indonesia masih tinggi. Angka ketidaksesuaian latar belakang pendidikan dengan pekerjaan mencapai 63%. "Kalau ada sepuluh orang hanya 3-4 orang yang match,” kata Hanif usai seminar Hubungan Industrial dengan topik Kompetensi Lulusan Politeknik di Era Revolusi Industri 4 di Hotel Royal Kuningan, Setiabudi Jakarta Selatan, Senin (19/11).
Karena masalah ini sebelumnya Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menuding bahwa tenaga kerja Indonesia gagal memenuhi kompetensi yang diminta oleh industri. Tapi Hanif menuturkan bahwa tren mismatch ini sudah dapat diturunkan. Hal tersebut tambah Hanif, melalui terobosan pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi. Sehingga dapat mengurangi level mismatch tersebut.
Namun dibalik itu masalah baru muncul yakni double investment. Angkatan kerja yang sudah menamatkan pendidikannya harus menjalani pelatihan kembali. Harusnya para angkatan kerja yang sudah menamatkan pendidikannya dapat langsung bekerja tanpa diberi pelatihan kembali. “Orang udah sekolah kemudian dilatih lagi berarti kan double. Mestinya sekolahnya udah kejuruan, begitu lulus langsung kerja dong,” terang Hanif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News