kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.891.000   25.000   1,34%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

Menakar Dampak Tarif Resiprokal AS Terhadap Perekonomian Indonesia


Jumat, 16 Mei 2025 / 15:51 WIB
Menakar Dampak Tarif Resiprokal AS Terhadap Perekonomian Indonesia
Ketua Komisi XI DPR, Misbakhun mengatakan pengaruh tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) terhadap perekonomian Indonesia sangat minim.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun menyebut efek kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) ke Indonesia sebesar 32% akan sangat minim, sehingga dinilai tidak akan mengganggu perekonomian dalam negeri apabila tarif tetap dikenakan.

Hal ini menurut Misbakhun karena proporsi ekspor Indonesia ke AS tergolong minim yakni US$ 26,4 miliar, begitu juga dengan kontribusinya ke pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang hanya sekitar 2,3%.

"Apa yang perlu kita khawatirkan dari tarif ini? Paling kalau (efeknya) bikin sakit cenut-cenut gitu, kepala pusing dan sebagainya. Tapi mengganggu," kata Misbakhun dalam acara Investment Forum 2025 di Jakarta, Jumat (16/5).

Baca Juga: Dampak Perang Dagang AS ke Ekonomi Indonesia: Ekspor Terancam, Rupiah Melemah

Meski begitu, Misbakhun tetap mengingatkan kepada semua pelaku pasar agar terbiasa dengan ketidakpastian selama era Donald Trump, terutama mengingat gaya kepemimpinan Trump.

Di sisi lain, Misbakhun menilai ekonomi Indonesia tercatat tumbuh di bawah 4,87% meski di tengah ketidakpastian ekonomi global. Menurutnya realisasi pertumbuhan ini tidak perlu dikhawatirkan. 

Baca Juga: Pekan Penentuan: Negara-Negara Asia Bersiap Hadapi Dampak Tarif Resiprokal AS

"Enggak ada yang perlu kita khawatirkan. Kita masih tumbuh 4,87%. Itu masih yang terbaik di antara negara-negara G20. Walaupun enggak nomor 1, kita itu masih nomor 2. Artinya tidak pantas memberikan reaksi yang berlebihan, yang tidak perlu," tegasnya.

Selanjutnya: Program Prakerja Belum Dibuka, Ini Penjelasan Menko Perekonomian

Menarik Dibaca: Sayur Penurun Kolesterol Paling Cepat Apa Saja? Ini 8 Rekomendasinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×