kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.819.000   -7.000   -0,38%
  • USD/IDR 16.565   0,00   0,00%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Menakar Dampak Penurunan Jumlah Pemudik Lebaran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi


Rabu, 26 Maret 2025 / 16:01 WIB
Menakar Dampak Penurunan Jumlah Pemudik Lebaran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
ILUSTRASI. Penumpang kereta api berjalan menuju pintu keluar di Stasiun Malang, Jawa Timur, Senin (24/3/2025).


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memperkirakan jumlah pemudik Lebaran 2025 turun 24% dibandingkan tahun sebelumnya, dari 193,6 juta menjadi sekitar 147,1 juta orang. 

Ekonom UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat menilai, penurunan ini tidak hanya mencerminkan perubahan pola mobilitas masyarakat. Tetapi juga menjadi sinyal pelemahan dari dinamika ekonomi nasional. 

Dari peredaran uang lebaran, disparitas regional, hingga dampak makroekonomi yang berkelindan dengan likuiditas perbankan, fenomena ini perlu dibaca secara jeli. Padahal, tradisi mudik lebaran selama ini menjadi motor penggerak siklus perputaran uang di masyarakat. 

Baca Juga: Prabowo Pastikan Tarif Tol Turun pada Mudik Lebaran 2025

Sektor transportasi, ritel, kuliner, dan industri kecil menengah (UMKM) menjadi penerima manfaat utama. 

Achmad memprediksi dengan penurunan 24% pemudik, aliran uang yang biasanya mengalir ke pembelian tiket, konsumsi di jalan, belanja kebutuhan Lebaran, dan THR (Tunjangan Hari Raya) diprediksi menyusut signifikan. 

Berdasarkan pola tahun 2024, setiap pemudik diperkirakan mengeluarkan rata-rata Rp 2 juta – Rp 5 juta selama mudik. 

"Jika 46,5 juta orang tidak mudik, potensi kontraksi peredaran uang bisa mencapai Rp 93 triliun – Rp 232 triliun," ucap Achmad saat dikonfirmasi, Rabu (26/3).

Achmad menambahkan, sektor informal seperti pedagang kaki lima di terminal atau pasar tradisional di daerah tujuan mudik akan merasakan dampak terbesar. 

Baca Juga: Jumlah Pemudik Lebaran 2025 Diprediksi Turun, Kadin Ungkap Penyebabnya

"Lebih dari itu, efek multiplier dari belanja lebaran seperti peningkatan pendapatan pekerja logistik atau peningkatan permintaan bahan baku UMKM, juga terancam menipis," jelas Achmad.

Achmad menyebut, secara geografis, daerah dengan perputaran uang tertinggi selama lebaran umumnya berada di wilayah yang menjadi tujuan mudik, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. 

Daerah ini tidak hanya menerima pemudik dari Jakarta dan kota besar lain, tetapi juga menjadi pusat distribusi belanja kebutuhan lebaran. 

Namun, penurunan pemudik akan berdampak lebih besar pada daerah-daerah ini. 

Di luar Jawa, Sumatra (terutama Lampung dan Sumatra Utara) serta Sulawesi Selatan juga termasuk wilayah dengan sirkulasi uang tinggi selama lebaran. 

Namun, daerah dengan basis ekonomi lokal kuat seperti Bali atau Yogyakarta mungkin lebih resilien karena aktivitas pariwisata atau konsumsi domestik yang tidak sepenuhnya bergantung pada pemudik. 

Baca Juga: PT Jasaraharja Putera Hadir dengan JRP Aman untuk Mudik Lebaran 2025

"Sebaliknya, daerah yang bergantung pada remiten THR dari perantau, seperti Nusa Tenggara Timur atau sebagian Kalimantan, berisiko mengalami penurunan daya beli masyarakat," terang Achmad.

Sementara itu, dalam Buku Ekonomi Kita edisi Maret 2025, pemerintah mengatakan, jumlah pemudik yang besar penting karena bisa mendorong pertumbuhan ekonomi secara langsung di berbagai daerah. 

"Jumlah pemudik diperkirakan sekitar 146,48 juta orang, mendorong perputaran uang Rp 357 triliun," tulis Buku Ekonomi Kita dikutip Rabu (26/3).

Selanjutnya: Simak Waktu Adzan Magrib untuk Buka Puasa Flores Timur Hari Ini Rabu (26/3)

Menarik Dibaca: Semarang Masih Hujan Siang Hari, Ini Prakiraan Cuaca Besok (27/3) di Jawa Tengah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×