kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar Dampak Kebijakan Hilirisasi Bahan Mentah ke Pergerakan Rupiah


Selasa, 01 Februari 2022 / 20:51 WIB
Menakar Dampak Kebijakan Hilirisasi Bahan Mentah ke Pergerakan Rupiah
ILUSTRASI. Petugas teller menghitung uang di salah satu bank di Jakarta, Jumat (28/1). Menakar Dampak Kebijakan Hilirisasi Bahan Mentah ke Pergerakan Rupiah.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pemerintah bertekad untuk melanjutkan proses hilirisasi bahan mentah yang ada dalam negeri. Ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri. 

Dalam hal ini, Presiden Joko Widodo menginginkan pertambangan minyak, gas, batubara, dan mineral tidak mengekspor barang mentah karena nilai tambahnya dinikmati oleh negara lain. 

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky memandang, proses hilirisasi ini akan membawa keuntungan bagi Indonesia. Namun, memang ada konsekuensi yang dihadapi dalam jangka pendek.

“Di satu sisi ini akan menekan pasokan valuta asing (valas) sehingga akan ada dampak pada nilai tukar rupiah. Rupiah berpotensi melemah dalam jangka pendek. Namun, depresiasinya tidak akan besar,” ujar Riefky kepada Kontan.co.id, Selasa (1/2). 

Baca Juga: Pemerintah Terus Mendorong Hilirisasi Industri untuk Meningkatkan Nilai Tambah

Hal ini seiring dengan ekspor komoditas yang menjadi salah satu sumber pemasukan valas Indonesia. Dengan kebijakan ini, akan ada potensi pengurangan nilai ekspor komoditas dalam jangka pendek dan imbasnya pada nilai tukar rupiah. 

Bila rupiah ditutup pada level Rp 14.263 per dollar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan akhir 31 Desember 2021, akibat kebijakan ini, pergerakan rupiah dalam jangka pendek akan melemah dan berada di kisaran Rp 14.370 per dollar AS hingga Rp 14.420 per dollar AS. 

Akan tetapi, dalam jangka panjang, Riefky melihat prospeknya akan manis. Dengan kebijakan hilirisasi, Indonesia bisa mengekspor barang dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Sehingga, prospek valas yang diterima juga akan jauh lebih besar. 

Baca Juga: Jokowi: Indonesia Dapat Penuhi Kebutuhan Nikel, Bauksit dan Timah Dunia

“Pada saat kita mengekspor produk yang relatif hulu, memang kita mendapatkan valas. Namun, kita juga harus keluar valas untuk mengimpor produk-produk yang hilir. Jadi, besar pasak daripada tiang,” tambah Riefky. 

Dengan begitu, dalam jangka panjang prospeknya akan baik terhadap penerimaan valas Indonesia dan bermuara pada penguatan nilai tukar rupiah. Bahkan, kebijakan ini bisa menjaga ketersediaan pasokan dalam negeri dan ujungnya bisa menjaga tingkat inflasi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×