Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Dadan M. Ramdan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil kajian terbaru menunjukkan bahwa kita dapat memperoleh manfaat secara finansial dan ekonomi saat penetapan kawasan-kawasan lindung dilakukan lebih banyak dari yang ada saat ini, sehingga ekonomi global akan lebih diuntungkan. Keuntungan-keuntungannya melampaui biaya-biaya yang dikeluarkan dengan rasio minimal 5 banding 1.
Kajian komprehensif mengenai dampak-dampak ekonomi dari menerapkan kebijakan perlindungan lingkungan hidup tersebut melibatkan lebih dari 100 ekonom dan ilmuwan. Kajian dilakukan dengan memperhitungkan berbagai skenario dari melindungi minimal 30% wilayah daratan dan lautan dunia .
Hasil kajian memaparkan bukti baru bahwa sektor perlindungan lingkungan mendorong pertumbuhan ekonomi, memberikan keuntungan-keuntungan non moneter, dan merupakan kontributor netto dari ekonomi global yang lebih tangguh. Temuan-temuan tersebut mengikuti bukti-bukti ilmiah yang terus bermunculan bahwa paling sedikit (minimal) 30% dari daratan dan lautan dunia harus dilindungi untuk menghadapi ancaman mengkhawatirkan dari kehancuran lingkungan hidup, yang sekarang membuat sekitar satu juta spesies terancam kepunahan.
Dengan data ekonomi dan ilmiah yang jelas, maka momentum untuk persetujuan global yang bersejarah mengenai target perlindungan 30% menjadi semakin mendekat. Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Keragaman Hayati telah menyertakan target perlindungan 30% kawasan lindung ini pada draft strategi 10 tahun, dimana itu diharapkan untuk difinalisasi dan disetujui oleh Konvensi 196 pihak pada tahun depan di Kunming, China.
Hasil kajian independen terbaru tersebut berjudul, “Protecting 30% of the planet for nature: costs, benefits and economic implications,”adalah analisis yang pertama kali dilakukan mengenai dampak-dampak kawasan lindung pada berbagai sektor perekonomian, termasuk pertanian, perikanan, dan kehutanan sebagai tambahan kepada sektor perlindungan lingkungan.
Hasil kajian tersebut mengukur dampak-dampak finansial dari kawasan lindung kepada ekonomi global dan keuntungan-keuntungan non moneter seperti jasa-jasa lingkungan, termasuk mitigasi perubahan iklim, perlindungan banjir, penyediaan air bersih dan konservasi tanah. Dalam semua perhitungan, para ahli menemukan bahwa keuntungan-keuntungannya lebih besar ketika alam lebih dilindungi dibandingkan dengan mempertahankan status quo.
Pada saat ini, kira-kira 15% dari lahan tanah dan 7% lautan dunia telah mendapat perlindungan hingga derajat tertentu. Kajian telah menemukan bahwa perlindungan-perlindungan tambahan akan menghasilkan rata-rata US$ 250 miliar peningkatan output ekonomi per tahun dan rata-rata US$ 350 milyar dalam peningkatan jasa-jasa lingkungan per tahun jika dibandingkan dengan status quo.
Sektor perlindungan lingkungan telah menjadi salah satu sektor yang tumbuh paling cepat pada tahun-tahun terakhir, dan menurut laporan kajian tersebut diproyeksikan akan tumbuh 4-6% per tahun dibandingkan dengan kurang dari 1% untuk pertanian, perikanan, dan kehutanan, setelah dunia pulih dari pandemi COVID-19.
Melindungi kawasan-kawasan lingkungan juga menyediakan manfaat-manfaat kesehatan fisik dan mental yang signifikan dan mengurangi risiko wabah-wabah penyakit dari hewan (zoonotic)baru seperti COVID-19, sebuah nilai yang belum dikuantifikasi walaupun tingginya biaya-biaya ekonomi dari pandemi begitu luar biasa. Sebuah kajian terbaru telah memperkirakan bahwa nilai ekonomi dari kawasan lindung berdasarkan peningkatan kesehatan mental pengunjungnya adalah US$ 6 triliunper tahun.
“Laporan kami menunjukkan bahwa perlindungan alam dalam ekonomi masa kini menghasilkan lebih banyak pemasukan dibandingkan alternatifnya dan kemungkinan menambah pemasukan bagi pertanian dan kehutanan. Juga dapat menolong mencegah perubahan iklim, krisis air, kerusakan biodiversitas dan munculnya penyakit. Meningkatkan perlindungan lingkungan adalah kebijakan baik bagi pemerintah yang sedang mengakomodasi berbagai kepentingan. Anda tidak bisa memberi label harga pada alam. Namun angka-angka ekonomi telah menunjukkan pentingnya perlindungan alam,” kata Anthony Waldron, penulis utama dari laporan kajian dan peneliti yang fokus pada keuangan konservasi lingkungan, kehilangan spesies global, dan pertanian yang berkelanjutan dalam keterangan resminya.
Para penulis laporan kajian menemukan bahwa untuk mendapatkan manfaat-manfaat utama dari melindungi 30% dari daratan dan lautan dunia, membutuhkan rata-rata investasi tahunan sekitar US$140 milyar pada 2030. Saat ini masyarakat internasional berinvestasi hanya sekitar US $24 miliar per tahun pada kawasan-kawasan lindung.
“Investasi ini sangat minim dibanding keuntungan-keuntungan ekonomi yang akan dihasilkan kawasan-kawasan lindung tambahan dan dibanding dukungan finansial yang lebih besar untuk sektor-sektor lain,” kata Enric Sala, co-author dari kajian tersebut, explorer-in-residence di National Geographic Society dan penulis dari buku yang akan terbit The Nature of Nature: Why We Need the Wild (Agustus 2020).
“Berinvestasi untuk melindungi alam hanya akan mencapai kurang dari sepertigadari jumlah yang negara-negara belanjakan untuk subsidi-subsidi pada kegiatan-kegiatan yang merusak alam. Jumlahnya akan sekitar 0,16% dari GDP global dan membutuhkan investasi lebih sedikit dibandingkan yang dibelanjakan dunia pada video gamessetiap tahun,” imbuh Enric.
The Campaign for Nature (CFN),yang menerbitkan laporan kajian, sedang bekerja bersama koalisi yang terus tumbuh hingga lebih dari 100 organisasi konservasi, para peneliti, dan para pemimpin masyarakat adat di seluruh dunia dalam mendukung target 30%+dan peningkatan dukungan finansial untuk konservasi. CFN merekomendasikan pendanaan berasal dari semua sumber, termasuk dukungan pembangunan resmi, anggaran dalam negeri pemerintah, pembiayaan iklim yang diarahkan pada solusi-solusi berbasis lingkungan, kegiatan-kegiatan filantropi, perusahaan-perusahaan, dan sumber-sumber pemasukan atau simpanan baru melalui perubahan-perubahan subsidi dan peraturan.
Sebanyak 70%-90% dari biaya akan difokuskan pada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah karena merupakan lokasi dari biodiversitas yang paling terancam di dunia, negara-negara ini membutuhkan dukungan finansial dari beragam sumber.
Thomas E. Lovejoy, Profesor Ilmu dan Kebijakan Lingkungan, Universitas George Mason mengomentari laporan tersebut. ”Sebuah hasil yang menakjubkan: Ada keuntungan finansial yang besar jika kita melindungi 30% tanah dan lautan. Melindungi angsa-nya memang akan menghasilkan telur emas," katanya.
Zakri Abdul Hamid, Duta Besar dan Penasihat Sains untuk Campaign for Nature, dan Ketua Pendiri Platform Kebijakan-Ilmu Antar Pemerintah tentang Layanan Keragaman Hayati dan Ekosistem (IPBES) menilai, dengan begitu banyak keragaman hayati yang ditemukan di Malaysia, dan di kawasan Asean, laporan ini sangat memberi semangat untuk mengetahui bahwa dengan melindungi 30% dari alam daratan dan lautan akan memberikan lebih banyak nilai moneter dan non-moneter daripada mempertahankan keadaan sebagaimana yang ada saat ini.
Menurut Jamison Ervin, Global Programme on Nature for Development, United Nations Development Programme, biaya untuk melindungi 30% dari planet kita, berkisar dari sekitar US$ 103 hingga US$ 178 miliar bukanlah jumlah yang tidak berarti. Namun alam menyediakan lebih dari $125 trilyun dalam berbagai keuntungan bagi umat manusia, dengan GDP global yang sekitar $80 trilyun, dan total global assets under management adalah sekitar US$ 125 triliun.
"Dalam konteks ini, biaya menciptakan jaringan pengaman yang kuat bagi seluruh kehidupan di bumi sangatlah sedikit. Keuntungan-keuntungan bagi umat manusia tidak bisa lagi dihitung, dan biaya dari tidak mau bertindak akan di luar nalar. Laporan kajian ini secara jelas memberi tahu kita bahwa waktu membiayai alam - untuk manusia dan planet ini - adalah sekarang,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News