Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Sudah menjadi rahasia umum, kesepakatan Masyarakat Ekonomia ASEAN (MEA) yang menandai pasar bebas di kawasan Asia Tenggara berlaku mulai tahun depan. Bukan hanya sektor perdagangan barang yang bakal semakin mudah terjalin antar negara, tapi arus tenaga kerja asing juga semakin besar.
Bagi Prabowo-Hatta, MEA bisa menjadi peluang untuk semakin maju. Indonesia memiliki produk domestik bruto (PDB) sebesar US$ 878 miliar pada 2012. Berdasarkan data World Bank, kekuatan ekonomi Indonesia berada di peringkat 16 di dunia dan terbesar di antara negara ASEAN. Kontribusi PDB Indonesia mencapai 38,67% dari total PDB negara ASEAN.
Namun di sisi lain, tahun ini peringkat daya saing Indonesia di posisi 38 di bawah Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand. Peringkat kemudahan berbisnis Indonesia di nomor 120, jauh di bawah Vietnam. Rendahnya daya saing bisa mengakibatkan Indonesia hanya menjadi tujuan pasar bagi negara tetangga.
Calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, menjanjikan, akan mengubah sikap pesimistis itu menjadi optimistis. Mereka akan menjadikan MEA sebagai momentum mendongkrak pertumbuhan ekonomi, industri dan kesejahteraan masyarakat.
Di MEA, pasangan capres-cawapres nomor urut satu ini menjanjikan Indonesia tidak hanya sebagai penonton. Namun, Indonesia akan menjadi pelaku utama, penggerak ekonomi Asia Tenggara.
Tim Ahli pasangan Prabowo-Hatta, Burhanuddin Abdullah mengatakan, kunci di MEA adalah peningkatan produktivitas dan daya saing. Ada dua strategi untuk meningkatkan produktifitas dalam negeri, yakni strategi makro dan strategi mikro.
Untuk di tingkat makro, pertama, Prabowo-Hatta akan menggeber proyek infrastruktur. Selama ini, pembangunan infrastruktur berjalan lambat sehingga menganggu produkvitas dan daya saing.
Kedua, memperbaiki rantai birokrasi dan perijinan yang berlebihan, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Hal ini dinilai penting agar Indonesia tidak kalah bersaing dengan negara ASEAN lainnya.
Ketiga, memperbaiki kebijakan harga sedemikian rupa sehingga menjadikan perekonomian Indonesia yang efisien. Burhanuddin mencontohkan, perbaikan kebijakan harga dilakukan melalui mekanisme suku bunga. Suku bunga domestik harus sama dengan negara lain. Bersamaan itu, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, terutama dollar Amerika Serikat (AS) harus stabil.
Tingkat inflasi juga harus dijaga agar stabil. "Jangan sampai inflasi kita lebih tinggi dari mereka yang mengakibatkan suku bunga naik sehingga nilai tukar menjadi terdepresiasi," kata Burhanuddin.
Di tingkat mikro, peningkatan produktivitas memperbesar kapasitas dan kualitas tenaga kerja. Caranya, melalui pendidikan, pelatihan, mentoring, pertukaran tenaga kerja dan lain sebagainya.
Peningkatan produktivitas itu juga akan dilakukan melalui penggunaan teknologi modern agar dapat menghasilkan produk ekonomi yang memiliki daya saing tinggi. "Penggunaan teknologi juga harus terus ditingkatkan. Kita harus menggunakan teknologi paling modern sehingga dapat mengasilkan produk-produk berdaya saing tinggi," tambah dia.
Tim Pemenangan pasangan Prabowo-Hatta Harry Azhar Azis mengatakan, untuk para pengusaha lokal Indonesia khususnya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) seperti nelayan dan petani, pihaknya sudah jelas akan memberikan insentif. Selain melalui regulasi, insentif juga akan diberikan melalui APBN. "Jadi semacam stimulus fiskal," kata Harry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News