kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

MarkPlus: Konsep new normal belum satu suara, pemerintah perlu perkuat komunikasi


Senin, 15 Juni 2020 / 17:17 WIB
MarkPlus: Konsep new normal belum satu suara, pemerintah perlu perkuat komunikasi
ILUSTRASI. Suasana di pusat perbelanjaan Central park, Jakarta, Senin (15/6). Pengelola mal di Jakarta kembali membuka usahanya di fase new normal di tengah pandemi corona. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sukses menggelar webinar Industri Roundtable, MarkPlus Inc menghadirkan MarkPlus Government Roundtable episode pertama via aplikasi Zoom.

Tema kali ini membahas komunikasi publik di era digital terutama berkaitan informasi mengenai penerapan protokol baru dalam menghadapi fase new normal.

Baca Juga: Survei MarkPlus: Proyek konstruksi melambat di tengah pandemi corona

Hasil survei MarkPlus kepada 105 responden dalam seminggu terakhir memperlihatkan adanya perbedaan pemahaman mengenai konsep new normal.

Sebanyak 39% responden telah memahami penerapan new normal merupakan cara untuk memulihkan kondisi sosial ekonomi Indonesia dengan menerapkan protokol kesehatan.

Namun responden yang berusia di bawah 24 tahun meyakini new normal adalah kembali ke kondisi normal seperti sebelum adanya Covid-19.

Baca Juga: Sejarah baru! Ciputra meraup Rp 130 miliar dari penjualan rumah lewat online

“Sebanyak 35,7% responden yang berusia di bawah 24 tahun masih menganggap new normal merupakan kondisi kembali ke keadaan normal seperti dulu dengan menerapkan protokol kesehatan dan 35,3% responden dengan usia di atas 44 tahun menganggap new normal merupakan bentuk pelonggaran dari PSBB,” ujar Business Analyst MarkPlus Inc, Ida Ayu Saras Valendia dalam webinar MarkPlus Government Roundtable, Senin (15/6).

Perbedaan pemahaman ini menunjukkan pemerintah perlu meningkatkan komunikasi publik yang efektif. Hasil survei juga memperlihatkan pemilihan media, konten dan cara komunikasi mengenai new normal berada di skala rata-rata 4,5 dari skala 1 sampai 6.

Baca Juga: Pakar marketing Philip Kotler: Setelah covid-19, perubahan iklim jadi tantangan

Media yang paling banyak digunakan dan dinilai efektif oleh responden untuk mendapatkan informasi dari pemerintah adalah televisi sebanyak 66,7%, diikuti website kementerian sebanyak 14,3%, dan portal berita sebanyak 8,6%.

Setelah mendapatkan informasi, 98% responden bersedia membagikannya kembali kepada orang lain. Responden dengan usia di bawah 24 sampai 34 tahun memilih membagikan lewat Instagram, usia 35 sampai 44 tahun menggunakan Facebook.

Sedangkan usia di atas 45 tahun memilih menyebarkan informasi melalui perbincangan dengan teman atau keluarga. Menurut mereka, informasi mengenai aturan yang ditetapkan pemerintah mampu mengurangi rasa cemas saat beraktivitas.

“Mayoritas masyarakat sudah menerapkan protokol kesehatan dalam menghadapi new normal di kehidupan sehari-hari dan mengaku sudah terbiasa, itu juga yang membuat mereka merasa aman dan nyaman beraktivitas di luar,” papar Ida.

Baca Juga: Survei MarkPlus: Selama pandemi corona, belanja ritel online naik 6 kali lipat

Dengan memperkuat penyebaran informasi melalui masyarakat, pemerintah telah memiliki alat yang efektif untuk mengomunikasikan cara-cara pengendalian wabah Covid-19 ke seluruh pelosok tanah air.

Namun, publik berharap adanya variasi pesan yang lebih ditargetkan sesuai kelompok usia mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×