Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa tekanan pada nilai tukar rupiah yang belakangan ini terjadi akan mereda. Pada Jumat (2/3), kurs tengah BI menunjukkan nilai tukar rupiah di Rp 13.746 per dollar AS.
Hal ini mengingat bahwa secara fundamental, ekonomi Indonesia tidak memiliki persoalan. Hanya saja, ada pemicu dari pidato Jerome Powell yang membuat pasar beranggapan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunganya sebanyak tiga kali, bahkan empat kali di tahun ini.
Consultant Asian Development Bank (ADB) Institute Eric Sugandi mengatakan, pasar finansial Indonesia sendiri masih kuat menghadapi kenaikan suku bunga The Fed sebanyak empat kali. Dengan catatan, pelaku pasar sudah siap.
“Untuk empat kali tidak masalah asal market sudah siap. Kalau sudah ada berita gini, mereka akan menerima, dan akan berangsur pulih, jadi tidak terjadi gejolak. Sebab, apa yang terjadi lebih karena persepsi,” kata Eric kepada KONTAN, Jumat (2/3).
Eric mengatakan, yang harus diperhatikan adalah pelemahan rupiah ini terjadi berapa lama. Apakah lama atau hanya sebentar.
“Seharusnya minggu depan market player di AS bisa menerima kecuali ada berita lain yang membuat sentimen lagi,” ujar dia.
Ia pun melihat bahwa riak-riak di pasar keuangan ini masih bisa diredam oleh BI dengan cadangan devisa yang cukup besar, yakni US$ 132 miliar per Januari 2018. Oleh karena itu, volatilitas masih akan terjaga.
Menurut Eric, rupiah sendiri nilai fundamentalnya berada di kisaran 13.300 sampai 13.500 per dollar AS, “Dan kemarin pergerakannya sudah jauh, tapi karena pergerakannya disebabkan oleh persepsi, kalau AS marketnya sudah mulai tenang, pelaku pasar tenang, tekanannya sedikit mereda,” jelas dia.
Dengan cadev yang cukup dan tekanan yang sifatnya temporer ini. Eric mengatakan, BI juga tidak perlu reaktif naikkan suku bunga. “Inflasi baik dan ekonomi pertumbuhannya bagus 5,07%. Jadi, makroekonomi baik dan cadev cukup,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News