kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Luhut Pandjaitan Minta Sri Mulyani Kaji Penurunan Tarif Pengutan Ekspor CPO


Kamis, 07 Juli 2022 / 15:06 WIB
Luhut Pandjaitan Minta Sri Mulyani Kaji Penurunan Tarif Pengutan Ekspor CPO


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, saat ini pemerintah terus berupaya agar harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit bisa naik.

Luhut mengakui, permasalahan masih terjadi di sisi hulu. Yakni realisasi ekspor CPO masih membutuhkan waktu. Ia bilang, realisasi ekspor akan lancar mulai pekan depan. Luhut berharap, harga TBS akan kembali naik ketika nantinya proses ekspor lancar.

"Tapi ngga cukup itu aja, supaya lancar kita mungkin akan menurunkan, tadi malam saya bicara sama menteri keuangan TPE (tarif pungutan ekspor) mungkin kita bawa sampai ke bawah sehingga orang dikasih insentif untuk ekspor," ujar Luhut dalam rapat koordinasi Asosiasi Kabupaten Penghasil Sawit Indonesia di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (7/7).

Baca Juga: Harga TBS Sawit Masih Anjlok, Luhut Beberkan Penyebabnya

Luhut bilang, jika ekspor CPO lancar, maka tangki pabrik kelapa sawit akan kembali menyerap TBS. Dengan demikian, diharapkan harga TBS dapat kembali naik.

"Kemudian kita bikin B30 menjadi B40 itu juga ada 2,5 juta ton masuk ke sana, itu juga nanti berarti permintaan naik," terang Luhut.

Lebih lanjut, Luhut mengatakan, untuk menaikkan harga TBS tidak mudah. Menurutnya, salah satu sebab itu terjadi karena Ukraina kembali membuka ekspor minyak nabati dari biji bunga matahari.

"Minyak sunflower itu kan sudah lama tak terekspor berapa bulan tuh? 4-5 bulan kan. Sekarang dia turunin pajak, dia bawa ekspor pengaruh lah ke yang lain," ungkap Luhut.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat ME Manurung meminta pemerintah menurunkan bea keluar CPO yang saat ini US$ 288 menjadi US$ 200.

Baca Juga: Mendag Klaim Realisasi Ekspor CPO Telah Mencapai 65%

Kemudian, Apkasindo berharap pungutan ekspor dari yang saat ini US$ 200 menjadi US$ 100. Sehingga total beban harga CPO menjadi US$ 350.

Dengan asumsi harga CPO Cif Rotterdarm US$ 1.400 per 23 Juni dan dikurangi beban US$ 350, maka seharusnya harga CPO Indonesia adalah US$ 1.050. Sehingga, apabila US$ 1.050 dikonversikan ke mata uang rupiah, maka harga CPO Indonesia seharusnya berada di Rp 15.500 per kilogram.

Apkasindo mengatakan, jika ditransmisikan kepada harga TBS petani sawit senilai Rp 3.300 per kilogram TBS. 

"Ini lah yang disebut Pak Luhut harga TBS harus di atas tiga ribu," ucap Gulat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×