Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
Investasi yang melambat tercermin dari penurunan di sebagian besar subsektor investasi, kecuali kendaraan. Pertumbuhan bangunan dan struktur yang mendominasi dengan share ke investasi sekitar 75% melambat menjadi 2,76% pada kuartal II-2020.
"Ini utamanya disebabkan oleh banyaknya proyek infrastruktur dan investasi yang ditunda sejak awal pengumuman Covid-19 pada akhir kuartal I-2020," jelasnya.
Sejalan dengan investasi dan konsumsi yang melambat, guncangan perdagangan global tentu tak bisa dipengaruhi. Pada kuartal I-2020, ekspor dunia merosot 5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Dana desa Rp 36 triliun akan disalurkan untuk program padat karya tunai
Besaran kontraksi diperkirakan bisa mencapai dua kali lebih besar untuk keseluruhan 2020 karena adanya kekhawatiran berkepanjangan dari kemungkinan gelombang kedua yang bisa menurunkan penawaran dan permintaan global secara bersamaan.
Untuk Indonesia sendiri, dampak pandemi pada postur perdagangan global malah terjadi di luar dugaan, karena Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan pada bulan Februari hingga Juni 2020, meski sempat defisit pada bulan April 2020.
"Akan tetapi, meski neraca perdagangan mencerminkan peningkatan yang signifikan, posisi ini tidak didorong oleh kinerja ekonomi yang lebih baik. Angka surplus menunjukkan kalau ekspor menurun, bersamaan dengan anjloknya impor pada kecepatan yang lebih tinggi," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News