kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

LPEM FEB UI memprediksi ekonomi Indonesia bisa minus 5,3% di kuartal II 2020


Selasa, 04 Agustus 2020 / 16:13 WIB
LPEM FEB UI memprediksi ekonomi Indonesia bisa minus 5,3% di kuartal II 2020
ILUSTRASI. Aktivitas bongkar muat di Terminal Petikemas Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (3/1). Kementerian Perdagangan menargetkan ekspor melonjak hingga dua digit pada 2020 mendatang. Nilai ekspor pada triwulan III 2019 hanya sebesar 0,02%. Pertumbuhan tersebut


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Belum ada kepastian puncak maupun akhir pandemi Covid-19 dalam waktu dekat. Di tengah ketidakpastian tersebut, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memprediksi kalau perekonomian kuartal II-2020 akan tumbuh negatif di kisaran minus 4,2% hingga minus 5,3%.

"Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2020 memang diperkirakan akan terkontraksi secara signifikan. Bahkan di sepanjang tahun ini diperkirakan perekonomian tidak tumbuh (0,0%) atau bisa tumbuh negatif 1,5%," ujar ekonom makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky dalam asesmen yang diterima Kontan.co.id, Selasa (4/8).

Baca Juga: OJK pertimbangkan untuk perpanjang relaksasi restrukturisasi kredit, ini alasannya

Masih masifnya penyebaran virus memang membuat sektor kesehatan dan perekonomian kelabakan. Bahkan, meski pemerintah telah menggelontorkan berbagai kebijakan pencegahan penularan seperti pembatasan aktivitas, tapi ini terus menggerogoti perekonomian sektor penunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Konsumsi rumah tangga, yang merupakan motor penggerak perekonomian Indonesia diperkirakan masih akan tergerus. Dengan ketidakpastian ekonomi dan penanganan kesehatan saat ini, masyarakat cenderung mengambil tindakan pencegahan dengan menabung daripada melakukan konsumsi.

Ini juga terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada kuartal II-2020 yang turun menjadi 82 dari 117 pada kuartal I-2020. Ini menunjukkan kalau pertumbuhan konsumsi akan turun tajam pada kuartal II-2020.

Baca Juga: Pengajuan insentif tax allowance oleh investor kini lewat BKPM

"Penurunan penghasilan yang tajam diperkirakan juga akan sangat membebani rumah tangga dan dapat menyebabkan masyarakat kesulitan. Pemerintah harus cepat menerapkan paket stimulus yang komprehensif," ujar Riefky.

Selain itu, investasi juga diperkirakan akan melanjutkan tren perlambatannya. Investasi riil atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) melambat menjadi 1,7% yoy pada kuartal II-2020, pertumbuhan terendah sejak kuartal III-2006.

Investasi yang melambat tercermin dari penurunan di sebagian besar subsektor investasi, kecuali kendaraan. Pertumbuhan bangunan dan struktur yang mendominasi dengan share ke investasi sekitar 75% melambat menjadi 2,76% pada kuartal II-2020.

"Ini utamanya disebabkan oleh banyaknya proyek infrastruktur dan investasi yang ditunda sejak awal pengumuman Covid-19 pada akhir kuartal I-2020," jelasnya.

Sejalan dengan investasi dan konsumsi yang melambat, guncangan perdagangan global tentu tak bisa dipengaruhi. Pada kuartal I-2020, ekspor dunia merosot 5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Baca Juga: Dana desa Rp 36 triliun akan disalurkan untuk program padat karya tunai

Besaran kontraksi diperkirakan bisa mencapai dua kali lebih besar untuk keseluruhan 2020 karena adanya kekhawatiran berkepanjangan dari kemungkinan gelombang kedua yang bisa menurunkan penawaran dan permintaan global secara bersamaan.

Untuk Indonesia sendiri, dampak pandemi pada postur perdagangan global malah terjadi di luar dugaan, karena Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan pada bulan Februari hingga Juni 2020, meski sempat defisit pada bulan April 2020.

"Akan tetapi, meski neraca perdagangan mencerminkan peningkatan yang signifikan, posisi ini tidak didorong oleh kinerja ekonomi yang lebih baik. Angka surplus menunjukkan kalau ekspor menurun, bersamaan dengan anjloknya impor pada kecepatan yang lebih tinggi," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×