kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Likuiditas perekonomian naik, ini dia faktor pendorongnya


Jumat, 22 Januari 2021 / 14:13 WIB
Likuiditas perekonomian naik, ini dia faktor pendorongnya
ILUSTRASI. Logo Bank Indonesia. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana


Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Likuditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) meningkat pada Desember 2020. Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi M2 Desember 2020 sebesar Rp 6.900 triliun atau naik 12,4% yoy, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 12,2% yoy. 

Kenaikan ini didorong oleh M1 yang tumbuh sebesar 18,5% yoy, lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 15,8% yoy, seiring peningkatan peredaran uang kartal di masyarakat dan giro rupiah.

Sementara itu, “Berdasarkan faktor yang mempengaruhi, peningkatan M2 pada Desember 2020 disebabkan oleh aktiva luar negeri bersih dan kenaikan ekspansi keuangan pemerintah,” ujar Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, Jumat (22/1). 

Terperinci, aktiva luar negeri bersih tercatat sebesar Rp 1.711,2 triliun atau tumbuh 13,6% yoy, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan November 2020 sebesar 10,3% yoy. 

Baca Juga: Likuiditas perekonomian (M2) meningkat 12,4% yoy pada Desember 2020

Pertumbuhan ini disebabkan oleh peningkatan tagihan sistem moneter kepada bukan penduduk, seiring dengan peningkatan cadangan devisa. Namun, di sisi lain, terjadi penurunan kewajiban sistem moneter kepada bukan penduduk berupa simpanan dan pinjaman dalam valuta asing. 

Kemudian, tagihan bersih kepada pemerintah pusat juga mengalami peningkatan pertumbuhan, yaitu dari 66,5% yoy pada November 2020 menjadi 66,9% yoy pada bulan laporan. 

“Peningkatan tersebut disebabkan oleh kenaikan tagihan kepada pemerintah pusat, terutama berupa kepemilikan surat berharga negara dalam rupiah,” tambah Erwin. 

Sementara itu, penyaluran kredit pada Desember terkontraksi lebih dalam, yaitu dari minus 1,7% yoy pada November 2020  menjadi minus 2,7% yoy, bersumber dair seluruh jenis kredit. 

Selanjutnya: BI: Masih ada ruang bagi penurunan suku bunga acuan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×