kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Laju manufaktur dan pertanian stagnan


Selasa, 06 Februari 2018 / 12:43 WIB
Laju manufaktur dan pertanian stagnan
ILUSTRASI. Pabrik pengolahan makanan di PT Kelola Mina Laut Food


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat: pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2017 sebesar 5,07% year on year (yoy). Meski lebih tinggi dibanding 2016 yang tumbuh di level 5,03%, capain ini meleset dari target ekonomi pemerintah di 5,2%.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, berdasarkan kelompok usaha, sektor industri pengolahan atau manufaktur masih berkontribusi terbesar terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 20,16%. Sumber pertumbuhan kedua adalah pertanian yang berkontribusi 13,14%. Lalu, sektor perdagangan yang berkontribusi 13,01%.

Meski begitu, ketiga motor utama penggerak PDB itu sejatinya bergerak lebih lamban. Sektor manufaktur hanya tumbuh 4,27%, pertanian tumbuh 3,81%, dan sektor perdagangan tumbuh 4,44%. "Sumber pertumbuhan utama selama tiga tahun terakhir tidak bergerak, stagnan," ujar Suhariyanto dalam paparan angka PDB Indonesia 2017 di gedung BPS Jakarta, Senin (5/2).

Lambatnya pertumbuhan di tiga sektor usaha itu menyebabkan kontribusi terhadap PDB menyusut. Industri manufaktur misalnya, jika pada tahun 2014 sebelum Joko Widodo berkuasa, kontribusinya atas PDB mencapai 21,07%, tapi kini tinggal 20,16% (lihat tabel).

Oleh karena itu, Suhariyanto memandang, bila pemerintah ingin menggeber pertumbuhan ekonomi tahun 2018 menjadi 5,4%, tiga sektor usaha yaitu manufaktur, pertanian, dan perdagangan harus diutamakan. "Tahun 2018 perlu menumbuhkan industri karena pengaruhnya besar dalam menyerap tenaga kerja," jelas Suhariyanto.

Momentum bertumbuh

BPS mencatat, industri manufaktur memiliki momentum untuk tumbuh lebih tinggi. Hal ini tampak di kuartal IV-2017, industri pengolahan mampu tumbuh 4,46%, lebihbesar dibanding periode sama tahun sebelumnya 3,28%.

Pertumbuhan 4,46% terdorong oleh industri pengolahan nonmigas sebesar 5,14%. "Sedangkan industri batubara dan pengolahan migas mengalami kontraksi -1,29%," terang Suhariyanto.

Pada periode tersebut industri makanan dan minuman menjadi penggerak utama dengan kenaikan 13,76%, dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dorongan ini terutama disebabkan peningkatan produksi kelapa sawit.

Sementara di sektor pertanian, tercatat tumbuh melambat dibandingkan tahun sebelumnya karena pengaruh cuaca. Kondisi itu dipacu terjadinya penurunan produksi padi dan kacang-kacangan. "Namun ada kenaikan harga di pasar internasional serta peningkatan produksi perikanan tangkap dan budidaya," jelas Suhariyanto.

Sedangkan di sektor perdagangan, BPS mencatat pada kuartal IV-2017 perdagangan besar eceran tumbuh 4,47% dibandingkan kuartal IV tahun sebelumnya.

Hal itu lantaran ada peningkatan suplai barang domestik dan impor serta peningkatan penjualan mobil. Pada kuartal IV-2017 juga terdapat penjualan mobil secara wholesale sebanyak 275.722 unit, naik 2% dari kuartal sebelumnya.

Head of Industry & Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan, sektor pertanian dan industri masih akan menjadi penyebab terhambatnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018.

Agar kontribusi dan pertumbuhan kedua sektor ini bisa lebih optimal pada tahun ini, pemerintah perlu menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Caranya adalah dengan menurunkan biaya transportasi dan logistik sehingga lebih murah. Pemerintah juga perlu memangkas biaya prosedur dan birokrasi, termasuk membuat harga energi terutama gas terjangkau. Dengan begitu, pelaku usaha industri manufaktur bisa meningkatkan produksinya.

Khusus di sektor pertanian, pemerintah juga harus menjaga campur tangannya ke pasar agar tidak mendistorsi mekanisme pasar. "Campur tangan (yang dilakukan pemerintah) seperti ini malah menciptakan disinsentif bagi petani untuk berproduksi," ujarnya. Ketimbang sibuk di urusan harga, Dendi lebih menyarankan agar pemerintah me njaga subsidi-subsidi untuk petani efektif sampai ke petani.

Dendi memprediksi, ekonomi tahun jni bisa tumbuh 5,3%. Momentum politik dan harga komoditas bisa menjadi daya dorong pertumbuhan 2018. Pemerintah harus berkomitmen mempertahankan inflasi untuk menjaga daya beli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×