kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Lahan pertanian Bogor yang kian sempit


Kamis, 29 Mei 2014 / 13:51 WIB
Lahan pertanian Bogor yang kian sempit
ILUSTRASI. Hubungan seks yang sehat


Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia

BOGOR. Program revitalisasi pertanian yang digembor-gemborkan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor, nampaknya hanya sebatas wacana. Semakin hari, luas lahan pertanian di kabupaten ini justru kian sempit, tergerus perumahan penduduk dan industri. Bantuan alat menjadi salah satu upaya menahan laju penurunan lahan pertanian ini.

Di Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua, misalnya, pembangunan sejumlah apartemen berkelas, hotel berbintang, dan vila, menjadi "pemakan" lahan pertanian itu. Ketiga kecamatan tersebut kerap dituding sebagai daerah "pengirim" banjir ke Jakarta.

"Di tiga kecamatan itu memang setiap tahunnya lahan pertanian semakin menyempit dan kami melakukan pendataan secara menyeluruh terkait hilangnya lahan pertanian," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Pertanian dan Pengembangan Teknologi Wilayah 10, Teguh Irianto, Rabu (28/5).

Data yang dihimpun Kompas.com menyebutkan areal sawah dan hutan yang tersisa di kawasan Puncak di Kabupaten Bogor, misalnya, diperkirakan tinggal tersisa 9,2% dari total luasan lahan wilayah tersebut. Pada periode 2000-2009, lahan hijau yang hilang di sepanjang daerah aliran sungai Ciliwung di wilayah ini diperkirakan mencapai 5.000 hektar, setara dengan luas Kota Sukabumi di Jawa Barat.

Menurut Teguh, semakin kritisnya lahan hijau dan area pertanian di tiga kecamatan tersebut dipicu kebutuhan lahan karena laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan sejumlah properti. Dari sisi tata ruang, kata dia, wilayah Ciawi, Megamendung, dan Cisarua merupakan kawasan ekowisata.

"Untuk tetap mempertahankan kedaulatan pangan dan area pertanian, kami telah menyalurkan bantuan berupa kultivator bagi Gerakan Kelompok Tani (Gapoktan, red)," ujar Teguh. Bantuan tersebut menurut dia bersumber dari APBD Kabupaten Bogor. Adapun jumlah bantuannya akan tergantung pada pengajuan Gapoktan bersangkutan.

Meski demikian, dari 500 gapoktan yang ada di Kabupaten Bogor berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas.com, hanya ada 8 kultivator tersedia. Rinciannya, 4 unit untuk Kecamatan Ciawi, 3 unit untuk Kecamatan Megamendung, dan 1 unit untuk Kecamatan Cisarua.

Ketika ditanya soal ini, Teguh berkilah keterbatasan anggaran sebagai penyebab. Bantuan ini disalurkan lewat Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.

Sementara itu, pemerhati pertanian, Dadan Ramdani, berpendapat penyebab hilangnya lahan pertanian di Kabupaten Bogor adalah minimnya tingkat kepedulian pemerintah daerah terhadap nasib petani. Hal itu diperparah tidak adanya pencegahan atau regulasi perizinan perluasan lahan maupun bangunan bagi para pengusaha.

"Bagaimana lahan pertanian tidak menyempit, kalau pemerintah daerah mengobral perizinan," kecam Dadan, Rabu. Menurut dia, seharusnya ada pembatasan izin perluasan usaha bagi para pengusaha. "Jangan hanya demi PAD (pendapatan asli daerah, red) nasib para petani dikorbankan," imbuh dia. (Ramdhan Triyadi Bempah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×