Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Presiden Prabowo Subianto menegaskan pentingnya kolaborasi global untuk mengatasi tantangan kemiskinan, kelaparan, dan perubahan iklim. Serta tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) dan transisi energi hijau.
Hal itu disampaikan pada sesi ketiga Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Brasil pada Selasa, 19 November 2024 waktu setempat.
Prabowo menyampaikan, dalam upaya transisi energi hijau, visi besar Indonesia untuk mencapai net zero emission sebelum tahun 2050 melalui sejumlah Upaya. Seperti peningkatan penggunaan biodiesel dan konversi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ke energi baru terbarukan.
Prabowo menyebut, Indonesia juga memiliki sumber daya panas bumi yang luar biasa. Indonesia juga berencana untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara dan semua pembangkit listrik tenaga fosil dalam 15 tahun ke depan.
“Kami berencana membangun lebih dari 75 gigawatt tenaga terbarukan dalam 15 tahun ke depan,” kata Prabowo dipantau dari Youtube Sekretariat Presiden, Rabu (20/11).
Baca Juga: Peluang Ekspor Listrik Hijau Indonesia ke Singapura Bisa Direbut Negara Tetangga
Selain itu, Prabowo mengatakan, Indonesia berperan signifikan dalam menjaga keseimbangan iklim global. Hal ini mengingat Indonesia sebagai salah satu negara dengan hutan tropis terluas di dunia.
Ia menekankan pentingnya komitmen berkelanjutan untuk mengimbangi peran hutan dalam menjaga suhu global.
Lebih lanjut Prabowo menegaskan, pentingnya tindakan kolektif dari anggota G20 untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, khususnya dalam mengatasi dampak perubahan iklim.
Ia bilang, Indonesia merasakan dampak langsung perubahan iklim, termasuk kenaikan permukaan laut di pesisir utara Jawa yang berdampak pada ratusan ribu hektare lahan produktif.
“Ini akan memperburuk kemiskinan dan kelaparan. Oleh karena itu, bagi Indonesia tidak ada alternatif lain. Kami berkomitmen penuh untuk mengambil langkah-langkah besar guna mengurangi suhu iklim untuk menyelamatkan lingkungan dan mengatasi situasi tersebut,” ujarnya.
Sementara itu, PT PLN (Persero) siap mengawal target penambahan kapasitas terpasang EBT hingga 75 Gigawatt (GW) pada 15 tahun mendatang yang dicanangkan pemerintah. Untuk merealisasikan hal tersebut, PLN mengajak semua pihak untuk kolaborasi dalam penyediaan pendanaan hijau untuk membangun pembangkit energi bersih yang berkelanjutan dalam rangka menurunkan emisi karbon.
Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN, Evy Haryadi mengatakan, pencapaian target energi baru dan terbarukan (EBT) membutuhkan investasi yang signifikan serta sinergi dari berbagai pemangku kepentingan.
PLN tengah mempersiapkan sejumlah rencana untuk melakukan dekarbonisasi sejalan dengan target net zero emissions pada tahun 2060. Salah satunya dengan rencana pembangunan jaringan transmisi sepanjang 70.000 kilometer yang akan mendistribusikan listrik hijau ke pusat demand.
“Tetapi proses ini memerlukan waktu yang panjang. Oleh karena itu, dukungan finansial dari berbagai pihak sangat diperlukan,” ujar Evy.
Baca Juga: PLN Teken Lima Kerja Sama Strategis di COP29 Azerbaijan
Evy menekankan pendanaan dari sektor swasta dan lembaga internasional dapat menjadi salah satu solusi utama untuk memenuhi kebutuhan investasi besar ini. Kolaborasi melalui skema pendanaan hijau, seperti Green Bond dan pinjaman berkelanjutan, dianggap krusial untuk mempercepat pengembangan infrastruktur EBT di Indonesia.
Ia menyebut, meskipun Indonesia kaya akan sumber daya EBT, tantangan geografis menjadi faktor penghambat. Banyak sumber daya EBT terletak di pulau-pulau terpencil, sementara pusat permintaan energi berada di perkotaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News