kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Kredit Perbankan Mengendor, Uang Beredar Ikut Melambat pada Februari 2024


Sabtu, 23 Maret 2024 / 04:05 WIB
Kredit Perbankan Mengendor, Uang Beredar Ikut Melambat pada Februari 2024
ILUSTRASI. Karyawan meletakkan uang pecahan Rp50.000 di BNI KC Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (28/9/2022). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa uang beredar pada Februari 2024 tercatat sebesar Rp 8.739,6 triliun atau tumbuh 5,3% secara tahunan (year on year/YoY).

Hanya saja, pertumbuhan ini sedikit melambat jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh 5,4% YoY.

"Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Februari 2024 tumbuh positif," ujar Asisten Gubernur BI Erwin Haryono dalam keterangan resminya, Jumat (22/3).

Chief Economist BSI Banjaran Surya Indrastomo melihat bahwa meski pertumbuhan uang beredar pada Februari 2024 sedikit lebih rendah jika dibandingkan bulan sebelumnya, namun secara umum masih relatif stabil.

Baca Juga: Banyak Orang Belanja, Uang Beredar Selama Ramadan Diperkirakan Meningkat

"Secara umum kami melihatnya relatif stabil karena secara nominal terdapat kenaikan sebesar Rp 17,7 triliun dari bulan sebelumnya," ujar Banjaran Jumat (22/3).

Menurutnya, pertumbuhan yang sedikit lebih rendah ini dikarenakan penyaluran kredit yang juga sedikit melambat, yakni dari 11,5% di Januari menjadi 11% di Februari.

Senada, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet juga menyampaikan bahwa kondisi uang beredar M2 pada Februari 2024 dipengaruhi oleh penyaluran kredit yang melambat.

Menurutnya, pertumbuhan kredit menurun seiring dengan kebijakan Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga tinggi sehingga membuat biaya kredit relatif mahal.

Selain itu, adanya kehati-hatian dari pihak bank dalam menyalurkan kredit juga turut dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global.

"Permintaan kredit yang menurun dari masyarakat juga ikut mempengaruhi perlambatan pertumbuhan uang beredar, terutama dipengaruhi oleh inflasi yang tinggi dan daya beli yang rendah," kata Yusuf.

Baca Juga: Sederet Bank Digital Berupaya Perbesar Porsi Dana Murah, Intip Strateginya

Selanjutnya, Yusuf bilang aktivitas luar negeri bersih juga mengalami penyesuaian pada bulan yang sama. 

"Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), aliran modal keluar, dan penyesuaian tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat menjadi faktor utama penyesuaian ini," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×