kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Golput bisa ditekan jika KPU...


Rabu, 05 Februari 2014 / 21:15 WIB
Golput bisa ditekan jika KPU...
ILUSTRASI. Kendaraan listrik


Sumber: TribunNews.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Peneliti senior Pusat Penelitian Politik-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), R. Siti Zuhro optimis angka tidak memilih alias Golput pada Pemilu 2014 tidak akan berada di angka 50 persen.

Siti memperkirakan angka tidak memilih alias golput pada Pemilu 2014 ini angkanya akan berada pada 30-an persen.

Bahkan, menurut Peliti Senior LIPI ini, angka tersebut masih bisa ditekan seminimal mungkin jika Komisi Pemilihan Umum (KPU) mau turun ke daerah-daerah hingga kepelosok-pelosok sekalipun untuk mensosialisasikannya.

Dia katakan, 60 persen kantung-kantung suara itu berada di daerah-daerah, bukan di kota-kota urban atau provinsi. Karenanya, meskipun adanya sikap apatis dan tidak percaya lagi publik terhadap politikus dan pejabat negara, intensitas sosialisasi akan bisa memobilisasi masyarakat untuk mencoblos pada Pemilu mendatang.

"Saya masih optimis. Kenapa? Karena mereka yang di daerah, dan pelosok-pelosok itu masih bisa dimobilisasi. Yang suka Golput itu kan, menegah ke atas. Jadi Golput sekitar 30-an persen adalah masyarakat kelas menengah keatas, yang biasanya adanya di kota-kota urban," tegas Siti Zuhro usai Diskusi Dalam Rangka Harlah PKPI Ke-15, Rabu (5/2/2014) di Media Center DPN PKPI, Jakarta.

Menurut Siti bukan hal yang sukit angka Golput bisa ditekan menjadi sangat kecil. Hal itu bisa terjadi jika KPU dan Bawaslu dengan seluruh perangkat dan peralatannya gencar menyuarakan dan mensosialisasikan Pemilu. Khususnya ketika pemilih pemula berusia 17-23 tahun yang jumlahnya sekitar 20-an persen dijadikan simpul dan relawan Pemilu.

"Dengan pemilih pemula dijadikan simpul dan relawan pemilu, saya sangat optimis bahwa dia yang akan dan bisa menggerakkan agar Pemilu ini lebih bernuansa. Katakanlah Pemilu ini bisa berkarakter," tuturnya. (Srihandriatmo Malau)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×