Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Pemerintah mengklaim kebijakan konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar nabati (BBN) alias biofuel berjalan efektif.
Menurut Menteri Perekonomian Hata Rajasa, sejak kebijakan itu dikeluarkan pada September tahun lalu, hingga Februari tahun ini sudah bisa menghemat devisa negara sebesar US$ 592 juta.
Penghematan itu timbul akibat berkurangnya konsumsi BBM karena keberadaan 10% biofuel di setiap produksi solar.
Pada 2013, jumlah biofuel yang berhasil digunakan dalam solar mencapai 800 juta kilo liter (KL). Sementara di tahun ini, pemerintah menargetkan konsumsi biofuel meningkat hingga 2,3 juta KL.
Hata juga bilang, sepanjang tahun 2014, jumlah biofuel yang sudah digunakan mencapai 300.000 KL. Ia berharap, kebutuhan BBM tidak meningkat tahun ini.
Alasannya, membengkaknya kebutuhan BBM bisa membuat subsidi ikut terkerek naik. Itu artinya, penghematan anggaran akan sulit terwujud jika kebutuhan impor BBM tetap tinggi.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik menimpali, ke depan jumlah biofuel harus ditingkatkan. Ia menargetkan, pada tahun 2016 kadar biofuel harus bertambah dari 10% menjadi 20%.
Namun, untuk bisa mencapai tahap itu, pihaknya akan terlebih dahulu menstabilkan penggunaan biodiesel di semua daerah.
Soalnya, beberapa daerah termasuk di wilayah Indonesia bagian Timur belum bisa terpenuhi kebutuhan biodieselnya karena terhambatnya produksi. Saat ini, produksi biodiesel masih terbatas, karena jumlah produsennya juga terbatas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News