Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Sumbangan sektor manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi diprediksi masih terus mengalami penurunan. Hal ini lantaran ketidakpastian yang masih menekan gairah konsumen dan produsen.
Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Tony Prasetiantono melihat bahwa pertumbuhan ekonomi akan sedikit lebih baik mencapai 5,1% yang didasari harga komoditas primer yang membaik dan surplus ekspor yang meningkat. Namun, kenaikan memang belum signifikan lantaran adanya ketidakpastian ini.
Ia melihat, sektor manufaktur juga ikut lesu seiring dengan masih terjadinya ketidakpastian ini. Sumbangan sektor manufaktur, menurutnya, memang terus mengalami penurunan.
“Awalnya penurunan share ini disebabkan oleh meningkatnya kontribusi sektor lain (terutama sektor primer yang mengalami booming harga). Namun, belakangan ini, meski sektor primer juga lesu (harga turun dan permintaan stagnan), sektor manufaktur juga ikut lesu,” katanya kepada KONTAN, Sabtu (5/8).
Adapun ekonom INDEF Bhima Yudhistira melihat, tahun ini sektor manufaktur pun porsinya masih dikisaran 20% dari PDB. Penurunan kinerja industri menurutnya terjadi sejak 10 tahun lalu lantaran ada lompatan struktur ekonomi yang terburu buru dari manufaktur langsung ke jasa.
Menurut Bhima, hal ini juga berpengaruh kepada kualitas pertumbuhan. Oleh karena itu, meski pertumbuhan mencapai 5%, serapan tenaga kerja cenderung menurun.
“Kalau industrinya tumbuh rendah, otomatis pendapatan masyarakatnya tidak akan naik signifikan yang ujungnya mempengaruhi konsumsi rumah tangga,” ucapnya.
Sementara itu, ia melihat bahwa sektor yang naik porsinya dalam 3 tahun terakhir adalah pertanian, konstruksi, informasi dan komunikasi, dan jasa keuangan. Ia mencatat, kenaikannya masing-masing 13.59%, 10.25%, 3.79%, dan 4.28% terhadap PDB. “Kurang lebih shiftingnya ke empat sektor itu,” ujarnya.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede berpendapat bahwa dsari sisi sektoral, sektor manufaktur memang masih berkontribusi paling besar pada perekonomian Indonesia. Namun, pertumbuhan sektor pengolahan diperkirakan masih sekitar 4-5% yoy, di mana laju pertumbuhannya diperkirakan masih lebih rendah dibandingkan sektor jasa seperti informasi dan komunikasi dan jasa keuangan yang diperkirakan mencatat laju pertumbuhan paling tinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya.
"Namun demikian kontribusi dari kedua sektor tersebut relatif kecil yakni <5% dari perekonomian," kata Josua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News