Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Penguatan infrastruktur menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi Indonesia untuk mendorong industri manufaktur yang merupakan sektor penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia terbesar. Utamanya, pembangunan infrastruktur listrik dan konektivitas darat.
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan, belum memadainya pelabuhan dan listrik menyebabkan biaya investasi industri manufaktur tinggi dan tidak kompetitif. Tak hanya itu, hal itu juga menyebabkan biaya logistik di Indonesia cukup tinggi, bahkan dibandingkan dengan ASEAN.
Akibatnya, selama dua hingga tiga tahun belakangan, industri manufaktur turun 2%-3%. Dan selama empat tahun terakhir, kontribusi industri ini kepada PDB Indonesia hanya 20%, meski tetap menjadi penyumbang PDB terbesar. Padahal sebelumnya pernah mencapai 28%.
"Dengan PDB per kapita yang belum terlalu meningkat, sektor manufaktur turun terlalu dini. Dan dibanding dengan China, sektor manufakturnya juga melandai tetapi kontribusinya terhadap PDB tidak menurun tajam," kata Dody saat paparan dalam acara Seminar Nasional Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di Gedung BI, Kamis (3/8).
Oleh karena itu, percepatan pembangunan infrastruktur, khususnya listrik dan konektivitas darat sangat diperlukan. "Hasil simulasi Growth Diagnostic menunjukkan dampak penguatan infrastruktur listrik dan konektivitas darat sebesar penambahan pertumbuhan PDB sebesar 0,26% per tahun," tambah dia.
Tak hanya itu kata Dody, pembangunan pelabuhan laut juga berdampak pada penambahan PDB lebih tinggi lagi, sebesar 0,43% per tahun. Penguatan infrastruktur juga akan berdampak pada penambahan penyerapan tenaga kerja.
Pihaknya merekomendasikan agar dilakukan penguatan sektor industri, terutama manufaktur. Yaitu melalui pendorong kawasan industri yang terintegrasi antara industri hulu-hilir loga dasar kimia serta fasilitas lainnya yang menarik investasi asing.
Kedua, mendorong penguasaan teknologi dan kajian lebih lanjut yang komprehensif mengenai rantai produksi. Ketiga, memberikan perhatian pada pengembangan industri logam hulu-hilir yang masih belum berkembang dan bahan bakunya tersedia di dalam negeri.
Keempat, mengembangkan sumber daya manusia (SDM) dengan meningkatkan pendidikan, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News