Reporter: Edy Can | Editor: Asnil Amri
TOBELO. Acara pembukaan Kongres Masyarakat Adat Nusantara keempat yang digelar di Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara berlangsung meriah. Acara dimulai dengan kirab nusantara dari peserta kongres yang berjumlah 2.200 orang.
Seluruh peserta mengenakan pakaian adat daerah masing-masing. Sambil berjalan, ada peserta yang menyanyikan lagu dan memainkan alat musik daerah masing-masing. Mereka berjalan dari Bumi Hibualamo menuju lapangan Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Utara yang berjarak sekitar 5 kilometer mulai pukul 07.00 WIT.
Masyarakat Tobelo terlihat antusias menyambut acara ini. Mereka memadati jalur yang dilalui peserta kongres. Sebagian dari mereka memakai pakaian adat suku TObelo menyambut kirab tersebut. Anak-anak sekolah sendiri diliburkan untuk mengikuti acara ini.
Setelah satu jam perjalanan, peserta tiba di depan kantor Bupati Halmahera Utara. Rombongan peserta ini disambut oleh tarian cakalele yang dimainkan oleh anak-anak sekolah dasar.
Bupati Halmahera Utara Hien Namotemo yang didampingi Ketua DPR Marzuki Alie menyambut kedatangan para peserta ini. Penyambutan diiringi musik "Dari Sabang Sampai Merauke," yang dimainkan dari alat musik bambu oleh sejumlah warga Tobelo.
Sesampainya di lapangan Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara yang terletak di samping kantor bupati, peserta kirab kemudian melakukan upacara air nusantara. Di sini peserta membawa air dari sumur keramat di daerah masing-masing untuk kemudian dituangkan ke dalam Monumen Air.
Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Abdon Nababan mengatakan, air dipilih karena peranannya sangat penting bagi kehidupan. "Air bisa menjadi sumber kehidupan juga bisa mendatangkan bencana bagi manusia," katanya dalam sambutan pembukaan, Rabu (19/4).
Hien Namotemo menambahkan, ritual air ini terinspirasi dari semangat Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Patih Majapahit Gajah Mada. Dia berharap, semangat sumpah yang sama bisa hadir dalam ritual air nusantara ini menjadi unsur pemersatu seluruh masyarakat adat di Indonesia.
Air dari Tobelo sendiri diambil dari tiga sumber mata air. Ketiganya yakni mata air Sungai Molulu di Desa Wangogira (Tobelo Barat), Talaga Biru (Tobelo Barat) dan Talaga Lina (Kao Barat). Air dari Tobelo ini dibawa oleh empat orang tetua adar dari Desa Wangongira dengan baju.
Para tetua adat berbaju hitam ini kemudian menuangkan air ke Monumen Air yang berbentuk empat penjuru mata angin. Setelah itu diikuti kontestan dari Papua dan selanjutnya oleh kontestan lainnya.
Acara kongres ini akan berlangsung hingga 25 April mendatang. Pertemuan masyarakat ini akan membahas masalah-masalah aktual seperti konflik agraria, lingkungan hidup dan hak atas tanah, masalah pertambangan berbasis komunitas dan sebagainya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News