Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Center of Macroeconomics and Finance-Indef M.Rizal Taufikurahman mengungkapkan tren harga minyak dunia akan melonjak naik akibat konflik Rusia-Ukraina sebesar 1,14%. Bahkan sebelum terjadinya konflik, harga minyak dunia sudah menunjukkan tren kenaikan.
Akibat kenaikan harga minyak dunia tersebut tentu saja berdampak kepada bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi yang ikut naik beberapa waktu yang lalu.
“Dan ini sudah mulai dirasakan dari sisi harga. BBM sebelumnya 2-3 minggu sudah mulai naik untuk nonsubsidi. Kita tidak berharap subsidi juga dinaikkan. Karena itu juga sangat berpengaruh,” ujar Rizal dalam acara Diskusi Publik Indef yang digelar secara virtual, Rabu (2/3).
Menurutnya, meski yang naik adalah BBM Subsidi namun ini berdampak juga terhadap perekonomian Indonesia khususnya di sektor transportasi. Hal ini dikarenakan sektor transportasi merupakan sektor yang berhubungan langsung dengan energi.
“Sektor transportasi yang kita tahu berhubungan dengan pasar komoditas lain, yang tentu ini juga akan mempengaruhi terhadap optimalisasi atau produksi dari komoditas itu sendiri. Termasuk juga harga di sektor-sektor yang memang menggunakan minyak ini,” katanya.
Baca Juga: Invasi Hari ke-7, Militer Rusia Klaim Kuasai Kota Kherson di Ukraina Selatan
Rizal memaparkan bahwa hampir semua harga komoditas di Indonesia mengalami kenaikan, seperti pangan, ekstraksi yang termasuk didalamnya gas dimana saat ini harga gas juga sudah mulai dirasakan.
“Kemudian industri pangan juga mulai naik. Jadi hampir semua sektor akan naik akibat didorong transmisi dari minyak dulu. Karena minyak berpengaruh terhadap semua sektor angkutan, transportasi, logistik, dan daging juga mulai naik apalagi menghadapi puasa dan lebaran,” tuturnya.
Sehingga menurutnya dengan kondisi tersebut akan sangat mungkin terjadinya inflasi. Oleh sebab itu, Pemerintah perlu antisipatif terkait dengan kemungkinan terjadinya kenaikan harga di berbagai komoditas.
Hal ini memungkinkan dalam jangka pendek akan terjadi. “Ditambah lagi perang Ukraina dan Rusia tidak dapat diprediksi sampai kapan dan berapa lama,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News