kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Konflik Iran-Israel Panaskan Harga Minyak, Harga BBM Akan Naik?


Selasa, 16 April 2024 / 05:45 WIB
Konflik Iran-Israel Panaskan Harga Minyak, Harga BBM Akan Naik?
ILUSTRASI. Harga BBM tidak akan naik setidaknya hingga Juni 2024, meskipun saat ini konflik antara Iran dan Israel memanas.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Konflik antara Iran dan Israel memanaskan harga minyak dunia. Meski begitu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjamin harga bahan bakar minyak (BBM) tidak akan naik setidaknya hingga Juni 2024.

Sebagaimana diketahui, Iran merupakan salah satu negara produsen minyak terbesar di dunia dengan produksi sekitar 3,9 juta barel per hari (bpd). Ekspor minyak negara tersebut  diperkirakan mencapai 1,2 juta bpd pada 2023 lalu.

Adanya konflik tersebut akan menyebabkan harga minyak mentah dunia maupun Indonesia meroket tajam. Jika harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) meningkat dari yang diasumsikan, maka akan juga berpengaruh pada subsidi dan kompensasi BBM serta LPG 3kg turut membengkak. Biasanya, pilihannya antara pemerintah menambah subsidi energi atau menaikan harga BBM.

Baca Juga: Iran vs Israel Panas, Pemerintah Bakal Nombok Subsidi & Kompensasi Rp 160,03 Triliun

Meski begitu, Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian ESDM Tutuka memastikan, pemerintah tidak akan menaikan harga energi utamanya harga BBM, setidaknya hingga Juni 2024.

“Ya, harga BBM masih seperti itu (tidak berubah sampai Juni 2024),” ujar Tutuka dalam agenda Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI, Senin (15/4).

Tutuka menyebut, pemerintah masih memperkirakan jangka pendek dari dampak memanasnya kedua negara tersebut, seperti menunggu respon Israel terhadap serangan dari Iran untuk mempertimbangkan lebih jauh terkait adanya eskalasi. Sehingga pemerintah juga enggan gegabah dalam memutuskan suatu kebijakan.

Hal ini juga karena kecenderungan global dan banyak pihak yang tentunya tidak menginginkan harga minyak global menjadi merangkak tinggi.

“Kalau kita amati selama 100 tahun harga minyak sebenarnya lebih cenderung rendah, spike tapi nanti kemudian turun kakinya mungkin 4-5 tahun terus datar lagi,” kata Tutuka.

Meski begitu, ia memperkirakan, akibat konflik tersebut dalam jangka pendek harga ICP akan menjadi US$ 100 per barel. Naik dari asumsi ekonomi makro dalam APBN 2024, yakni ICP dipatok sebesar US$ 82 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×