kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kocek seret, pemerintah ajak swasta biayai infrastruktur dalam negeri


Selasa, 12 April 2011 / 12:02 WIB
Kocek seret, pemerintah ajak swasta biayai infrastruktur dalam negeri
ILUSTRASI. interview dengan Pak Adi Kusma CEO Biz net Hari/Tanggal : Rabu, 21 Agustus 2019 Waktu : 14.00 - 15.00 WIB Lokasi : Biznet Head Office, MidPlaza 2 Lt.15, Jl. Jend. Sudirman Kav 10-11, Jakarta


Reporter: Hans Henricus Benedictus | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Pembangunan infrastruktur membutuhkan modal yang cukup besar. Pemerintah tak sanggup membiayai sendiri seluruh investasi yang dibutuhkan. Wakil Presiden (Wapres) Boediono mengatakan, pemerintah hanya bisa menanggung sekitar 30% kebutuhan pembangunan infrastruktur.

"Sisanya memang harus dari investasi dunia usaha," kata Wapres dalam konferensi internasional infrastruktur Indonesia, Selasa (12/4). Oleh sebab itu, satu-satunya jalan bagi pemerintah adalah mendorong investasi dunia usaha milik pemerintah maupun swasta lokal dan asing untuk mengisi 70% kekurangan pembiayaan pembangunan infrastruktur.

Informasi saja, pemerintah mencatat kebutuhan investasi di sektor infrastruktur mencapai Rp 1429 triliun. Dana itu dibutuhkan untuk mendanai pembangunan infrastruktur hingga 2014.

Boediono menjelaskan ada tiga bentuk keseriusan pemerintah mendorong investasi dunia usaha di sektor infrastruktur. Pertama, membuat masterplan pembangunan ekonomi jangka menengah dan jangka panjang sebagai dasar bagi investor untuk menghitung jangka waktu investasi.

Sebab, pembangunan infrastruktur butuh waktu yang panjang untuk penyelesaian dan operasionalnya. "Kita sediakan rencana jangka panjang yang konsisten dan baku," katanya.

Kedua, memperbaiki atau menghilangkan regulasi yang tumpang tindih maupun tidak bersahabat dengan investasi. Ketiga, memberi insentif kepada investasi yang benar-benar bermanfaat. "Kami terbuka dengan insentif-insentif yang memang patut diberikan," kata mantan Gubernur Bank Indonesia itu.

Ketua umum Kamar Dagang dan Industri, Suryo Bambang Sulisto menambahkan, pembangunan infrastruktur sangat tergantung pada ketersediaan tanah. Makanya, pemerintah mesti mempercepat pembahasan rancangan undang-undang tentang pengadaan lahan untuk kepentingan umum. "Sehingga bisa mendukung percepatan pembangunan infrastruktur," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×