kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Koalisi, Century, dan Sodomi Politik


Senin, 28 April 2014 / 19:47 WIB
Koalisi, Century, dan Sodomi Politik
ILUSTRASI. Kurs Dollar-Rupiah di BCA Hari Ini Senin 5 Desember 2022, Intip Sebelum Tukar Valas./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/21/11/2012.


Reporter: Umar Idris | Editor: Umar Idris

Pengantar

Artikel opini ini telah terbit di Harian KONTAN, Senin, 28 April 2014. Redaksi memuatnya lagi di Kontan.co.id agar tulisan ini menjangkau lebih banyak lagi pembaca. Opini Christianto Wibisono secara rutin menyapa pembaca setiap Senin di Harian KONTAN. Selamat membaca. 

Koalisi, Century, dan Sodomi Politik

Oleh Christianto Wibisono, Pendiri Institut Kepresidenan Indonesia

Dinamika politik sekitar calon presiden ke-7 dan wakil presiden ke-12 RI semakin mengerucut dan meruncing dengan pola disko karaoke liar dan Thai Boxing sadis. Gonta ganti pacar, ibarat kumpul kebo, menjadi order of the day. Hari ini partai A ketemu partai B, besok ketemu C dan atau D. Terus dikocok ulang "changing partner", ibarat di lantai dansa semalam suntuk berganti pasangan. Sebentar bermesraan mendadak bisa lempar sepatu dan kabur meninggalkan pasangan.

Zig-zag, manuver, menyalip di tikungan, menjadi menu rutin para elite politik di Jakarta sekarang ini dalam membongkar pasang koalisi dan pasangan duet. Kurs cawapres naik turun bagaikan dollar dan saham di bursa yang pada gilirannya juga berfluktuasi karena kebijakan yang angin anginan.

Debat final konvensi capres Partai Demokrat diadakan Minggu malam 27 April di tengah kegalauan elite dan masyarakat tentang putusan definitif siapa saja yang akan terjun 9 Juli sebagai capres ke-7 dan cawapres ke-12 dari hasil kumpul kebo gonta ganti pacar selama sebulan suntuk sejak 9 April pada pemilu legislatif (pileg) yang membuyarkan impian satu putaran Joko Widodo (Jokowi) dari PDIP.

Secara bersamaan, di dalam rangkaian aksi dagang sapi tersebut, terjadi sejumlah peristiwa di tingkat nasional yang membuat kita terkaget-kaget. Pertama, akuisisi BTN oleh Bank Mandiri. Sebentar diputuskan Bank Mandiri boleh mengakuisisi BTN. Lalu dihentikan oleh Presiden SBY melalui Sekretaris Kabinet Dipo Alam. Dipo menyetop manuver Dahlan Iskan yang beralasan sekarang saatnya Mandiri mengorbit ke puncak peringkat perbankan ASEAN mengalahkan Development Bank of Singapore (DBS). Ya, kenapa mesti mendadak ketika sibuk pilpres?

Kedua, mendadak juga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengumumkan Hadi Poernomo sebagai tersangka di hari ulang tahun ke-67, pas pensiun sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam kasus persetujuan peringanan pajak BCA di tahun 2004. Itu berarti kebijakan ini terjadi di era Presiden Megawati berkuasa. Beberapa jam sebelumnya Hadi Poernomo masih mengusik Century dan kucuran dana tambahan ke Bank Mutiara yang menambah biaya bail out menjadi hampir Rp 8 trilliun. Sementara Robert Tantular menyatakan tak menyentuh duit bail out satu sen pun karena dia langsung dibui atas perintah Wapres Jusuf Kalla pada November 2008.

Dalam konteks ini, kita tahu, Wapres Boediono telah dijadwalkan tampil menjadi saksi dalam peradilan Budi Mulya, pada 9 Mei 2014. Sementara di mahkamah International Center for Settlement of Investment Dispute (ICSID), Rafat Ali Rizvi tetap ngotot naik banding terhadap putusan ICSID atas gugatannya meminta ganti rugi kepada pemerintah RI yang diadukan merampas sahamnya di Bank Century.

Rekannya, Hesham Al Warraq, masih menunggu gugatan di Mahkamah OKI yang memakai prosedur Uncitral (badan arbitrase PBB). Dia juga menuntut ganti rugi sahamnya di Century yang mereka anggap dirampas oleh Pemerintah RI. Masih antre di ICSID adalah Churchill diwakili oleh Nono Anwar Makarim SH menggugat SBY, Bupati Isran Noor dan perusahaan milik capres Prabowo yang memperoleh konsesi batubara dari Isran Noor. Jadi, agenda presiden baru Indonesia bukan cuma polemik puisi Fadli Zon, tetapi juga rangkaian gugatan yang semuanya tentu memakai dalil dan pembenaran langkah yang terjadi di peradilan Century di Jakarta.

Kalau Boediono dan SBY dihukum, dua pemegang saham itu akan mendapat angin untuk memperoleh pembenaran bahwa mereka dizalimi. Maka Indonesia yang berperang saudara antara presiden ke-6 (SBY) dengan wapres ke-10 (Jusuf Kalla) yang keki diserobot wapres ke-11 (Boediono), akan menghadapi risiko dihukum membayar ganti rugi kepada dua pemegang saham warga negara Arab dan Inggris itu.

Sodomi politik
Karena itu Robert Tantular berani ikut berteriak bahwa dia juga tidak menyentuh dana satu sen pun dari duit yang didrop ke Century sejak 20 November. Karena dia langsung masuk bui, begitu pula dua warga Timur Tengah itu sudah dicekal di luar negeri waktu dituduh merampok oleh Jusuf Kalla.

Barangkali benar mereka merampok Century sebelum di-bail out, tapi mereka membela diri tak pernah minta duit Rp 6,7 trilliun. Siapa suruh drop duit sebanyak itu ke Bank Century.

Di mana moral para elite kita? Ya, sementara ditaruh ditempat tertutup. Seperti Jakarta International School yang bak benteng moral, ternyata mempekerjakan buronan FBI pedofil yang 10 tahun mensosialisasikan dan melakukan "kaderisasi" pelaku sodomi di sekolah mewah yang mengerikan itu.

Perkosaan anak kecil di JIS benar benar menjatuhkan Indonesia terpuruk sebagai model kota bejat tak bermoral. Indonesia bahkan sedang mengalami fenomena sodomi beneran dan sodomi politik, di mana partai mempraktikkan kumpul kebo tak berprinsip, hanya bertujuan memenangkan syahwat berbagi kuasa berupa jabatan menteri dan wapres.

Apa boleh buat kita harus menerima fakta realitas pahit itu dengan tetap tawakal dan beriman bahwa jumlah orang baik yang tidak terlibat sodomi beneran maupun sodomi politik masih lebih besar lebih banyak ketimbang pelaku sodomi jenis apapun.

Mantan Ketua MK Jimly Ashidiqie juga menebar optimisme, harus sabar hidup dengan 10 partai karena rakyat ternyata membagi suara secara merata sehingga jangan mengharapkan bisa terjadi kristalisasi menuju sistim dwi partai seperti AS. Kita harus belajar hidup bersama kartel oligarki 10 partai, betapapun boros dan menjengkelkan.

Tahan nafas dan kencangkan ikat pinggang Anda. Pesawat Republik Indonesia terancam bisa "hilang" misterius kayak pesawat MH 370, kalau elite politiknya berperang saudara membumihanguskan satu sama lain secara sangat tidak bertanggung jawab.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×