kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ketegaran dan kesedihan Ibunda Anas


Sabtu, 11 Januari 2014 / 12:37 WIB
Ketegaran dan kesedihan Ibunda Anas
ILUSTRASI. Junta Militer Myanmar Izinkan Aung San Suu Kyi Jalani Tahanan Rumah


Sumber: TribunNews.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Meski melihat anaknya ditahan, Sriati cukup tegar. Tak ada air mata yang menetes di pipinya. Justru, ia terus mengikuti perkembangan berita AnasUrbaningrum di televisi.

"Nggak menangis, bu Sriati cukup tegar. Ini saya lagi menemani melihat pemberitaan di televisi," ujar Imam Muanam (54), pamannya Anas, yang menemani Sriati hingga malam ini.

Ketegaran dia itu karena sehari sebelumnya, Kamis (9/1) pagi kemarin, sudah ditelepon Anas. Pesannya Anas, agar ia tegar dan sabar kalau terjadi sesuatu atas dirinya saat dipanggil KPK pada Jumat kramat. Hanja saja, ia keluar masuk kamarnya.

"Maklum, namanya orangtua mengetahui anaknya lagi kesandung masalah berat. Yang jelas, ia tegar dan nggak ngomong aneh-aneh. Ia hanya diam saja. Sesekali masuk kamar, keluar lagi. Saya terus menemani di sini," pungkasnya.

Ketegaran dia itu terlihat sejak Jumat pagi. Mesk tahu anaknya bakal dipanggil KPK siang itu namun Sriati sepertinya tak terpengaruh. Ia tetap melakukan aktivitas rutinnya seperti hari-hari biasanya.

Saat banyak wartawan berdatangan ke rumahnya dan memenuhi teras rumahnya, ia terlihat cuek. Sepertinya tak terpengaruh. Ia memang mengaku sempat kaget namun akhirnya bisa mengerti kalau kedatangan para wartawan itu terkait pemanggilan anaknya oleh KPK. Sebentar sempat bersembunyi dalam rumah, Sri akhirnya kembali melakukan aktivitas rutinnya. Di dapur rumahnya yang cukup sederhana, ia sedang memasak.

Berbeda tatkala Anas ditetapkan tersangka oleh KPK beberapa bulan lalu, Sriati benar-benar syock.
Namun, Jumat (10/1) pagi itu, wanita berusia 69 tahun yang terlihat masih energik itu justru terlihat lebih tegar.

Malah, tak terlihat ada anggota keluarganya yang menemaninya.

"Mau gimana lagi mas, wong memang seperti itu yang dikehendaki KPK terhadap anak saya. Sebagai orangtua, ya hanya bisa mendoakan saja," ujar Sriati ditemui di rumahnya, di Dusun Sendung, Desa Ngaglik, Kecamatan Srengat, Kab Blitar, Jumat pagi.

Meski anaknya, Anas pernah jadi pejabat publik yang dekat dengan istana, namun Sri sepertinya tak berubah dari kebiasaannya yang selalu hidup sederhana. Buktinya, ia memasak sendiri. Malah, kalau memasak, ia tak menggunakan kompor elpiji melainkan tungku dengan bahan kayu bakar. Alasannya, bukan berarti tak punya kompor gas melainkan memang di rumahnya banyak kayu bakar.

"Dari dulu saya ya memasak sendiri, seperti ini. Jarang memasak dengan kompor gas tapi pakai kayu bakar saja. Karena di rumah banyak kayu bakar, sayang kalau nggak dipakai," paparnya.

Menurutnya, pagi itu bukannya ia tak ingat Anas. Namun, kalau dipikir terus, malah dirinya yang sakit. Karena itu, ia dilarang anak-anaknya untuk melihat televisi, terutama mebgikuti berita kasus Anas. "Di dapur ini, untuk nyelimurno pikiran sebentar, supaya enggak ingat anak saya terus," tutur Sriati ditemui sambil menjaga apinya.

Memang, meski terlihat cukup santai, namun wajahnya tak bisa disembunyikan kalau lagi punya beban berat. Katanya, sejak ditelepon Anas sendiri, Kamis (9/1) kemarin, ia terus kepikiran, apalagi teleponnya Anas tak seperti biasanya. Selain minta doa restu, Anas berpesan agar dirinya disuruh pasrah apabila terjadi sesuatu pada anaknya saat dipanggil KPK.

"Namanya anak mas, apalagi sedang menghadapi masalah berat, saya ya nggak bisa tenang. Saya sendiri nggak tahu apa yang saya perbuat, sehingga hanya bisa pasrah saja," ungkapnya.

Terkait berita anaknya, Sri mengaku sebenarnya ia kepingin melihat televisi untuk memantau perkembangan anaknya. Namun, ia mengaku tak tega kalau melihat Anas di televisi. Karena tak tahu apa yang ia akan berbuat terkait kasus anaknya itu, Sri mengaku hanya bisa pasrah pada Allah, biar Allah yang menentukan segalanya. Kalau anaknya didholimi, biar Allah yang membalasanya. "Saya pasrah saja, segalanya ada balasannya, kalau anak saya nggak salah tapi didolimi, biar Allah yang membalasnya," tuturnya.

Diakuinya, sejak dilarang anak-anaknya mengikuti perkembangan Anas dari berita di televisi, ia memang menurut. Namun, entah apa yang terjadi, tiba-tiba siang itu kakinya tergerak ke ruang tengah dan duduk di kursi yang ada di depan televisi. Tanpa ia sadari, tangannya menombol remote untuk menghidupkan televisi. Bersamaan itu, ada berita yang menyiarkan Anas sedang datang ke KPK.

Meski ia tak meneteskan air mata atau berkomentar sepatah katapun, sepertinya ia tak kuat menahannya. Buktinya, ia langsung mematikan televisinya dan masuk ke dalam kamarnya. Sekitar lima menit kemudian, ia kembali keluar lagi dan menghidupkan televisinya. Terlihat ia sepertinya bingung.

"Ya seperti ini lah yang namanya orangtua itu. Namun, saya tetap yakin kalau anak saya tak memakai uang sepeserpun seperti yang dituduhkan KPK tersebut. Sebab, saya tahu karakter anak saya itu," katanya. (Imam Taufiq)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×