kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ketahanan pangan berpotensi terganggu


Rabu, 29 Juli 2015 / 15:32 WIB
Ketahanan pangan berpotensi terganggu


Reporter: Mona Tobing | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Kementerian Pertanian (Kemtan) seharusnya mengantisipasi kekeringan yang melanda sejumlah daerah Indonesia. Pasalnya, bencana ini bisa mengganggu ketahanan pangan nasional.

Anggota DPR RI Komisi IV DPR (Bidang Pangan), Rofi Munawar mengatakan kekeringan yang terjadi saat ini secara otomatis mempengaruhi capaian produksi pangan nasional. Apalagi, musim kering atau El Nino diperkirakan bakal lebih panjang.

“Pergeseran musim hujan menyebabkan bergesernya musim tanam dan panen komoditi pangan. Sehingga kekeringan telah menyebabkan gagal tanam, gagal panen, dan bahkan menyebabkan puso. Kondisi tersebut akhirnya menyebabkan kelangkaan pangan di pasaran dan telah membuat harga mengalami kenaikan cukup signifikan,” ungkap Rofi dalam keterangan tertulis Rabu (29/7).

Situasi ini membuat bayang-bayang kegagalan panen di depan mata. Apalagi perubahan suhu dan kelembaban udara memicu perkembangan dan ledakan hama dan penyakit tanaman.

Dampaknya, kekeringan yang berkepanjangan akibat dari pengelolaan air yang tidak baik dan kapasitas yang rendah akan mengakibatkan penurunan produksi yang signifikan. Bahaya penurunan produksi ini dapat mengakibatkan secara langsung maupun tidak langsung terhadap penurunan kesejahteraan petani serta penurunan pasokan pangan.

Kondisi ini seharusnya membuat pemerintah segera mengidentifikasi bidang pertanian. Baik dari sistem produksi yang paling bahaya, rentan, dan berisiko terhadap perubahan iklim.

Saat ini, sekitar 4.000 hektare lahan pertanian di daerah Cirebon gagal tanam. Sementara di Indramayu luas areal tanaman padi yang terancam kekeringan mencapai 19.175,5 hektare.

Menurut Rofi, Kemtan harus bergerak cepat mengantisipasi kekeriangan dengan memperbanyak pompa air dan membangun embung air dirasa tidak cukup menanggulangi kekeringan.

Kemtan juga harus mengoptimalisasi pemanfaatan lahan tadah hujan dengan revitalisasi jaringan irigasi dan penghijauan. Lalu, penggunaan teknologi produksi dan strategi tanam berdasarkan waktu dan jenis komoditas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×