Reporter: Fahriyadi | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mencatat, musim kemarau tidak terlalu mempengaruhi kondisi waduk-waduk besar di Indonesia. Berdasarkan hasil pantauan dari 16 waduk utama di Indonesia, tercatat 11 diantaranya dalam kondisi normal, 4 dalam kondisi defisit dan hanya satu waduk dalam kondisi kering.
Waduk yang dalam kondisi normal adalah Djuanda/Jatiluhur (Jawa Barat), Kedungombo, Sempor dan Wadaslintang (Jawa Tengah), Sermo (D.I. Yogyakarta), Sutami, Lahor, Selorejo, Bening dan Wonorejo (Jawa Timur) dan Bili-Bili (Sulawesi Selatan).
Sementara itu waduk yang dalam kondisi defisit adalah Keuliling (NAD), Batutegi (Lampung), Saguling dan Cirata (Jawa Barat). Sedangkan yang kering adalah Waduk Wonogiri (Jawa Tengah). Kondisi tersebut berdasarkan status per 13 Oktober 2014 lalu.
"Normal dapat diartikan elevasi pantau diatas elevasi rencana, sedangkan defisit artinya elevasi pantau di bawah elevasi rencana sedangkan kering artinya elevasi pantau dibawah elevasi rencana dan juga dibawah elevasi kekeringan artinya defisit 3 meter dari elevasi," Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PU, Hari Suprayogi, Jumat (24/10).
Menurutnya, satu-satunya waduk yang kering di Wonogiri semestinya memiliki tinggi permukaan 130,86 meter, tapi yang ada sekarang hanya 127,48 meter. Sedangkan dilihat dari volume seharusnya 145 juta meter kubik dan saat ini hanya 68,46 juta meter kubik.
Hari melanjutkan, dari 162 waduk kecil/embung, sebanyak 132 waduk/embung diantaranya masih dalam kondisi normal, 11 waduk/embung kondisi defisit sedangkan 19 waduk/embung dalam kondisi kering.
Untuk antisipasi, Hari mengungkapkan diantaranya dengan melakukan efisiensi dan melakukan pembatasan-pembatasan dalam penggunaan air.
Selain itu di setiap Balai Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai (BBWS/BWS) yang tersebar di seluruh Indonesia sudah disiagakan 641 pompa kekeringan di 10 BBWS/BWS.
Direktur Pengembangan Air Minum Ditjen Cipta Karya Kementerian PU Muhammad Natsir mengungkapkan beberapa wilayah yang dilanda kekeringan menyebabkan kekurangan air bersih atau air minum pada daerah yang belum memiliki jaringan air minum.
"Kondisi cuaca yang anomali, sebagian wilayah Indonesia mengalami kekeringan sebelum masanya. Kekeringan yang disebabkan kurangnya curah hujan di bawah normal dalam satu musim dan menurunnya muka air tanah dan surutnya beberapa sumber air baku yang memadai memicu keterbatasan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih,” tutur Natsir.
Natsir mencatat beberapa Kabupaten/Kota yang mengalami kekeringan di tahun 2014 ini diantaranya di Provinsi Banten di beberapa desa di 5 Kabupaten/Kota, Provinsi Jawa Tengah di 19 Kabupaten, Provinsi Jawa Barat di 9 Kabupaten, Provinsi Jawa Timur di 26 Kabupaten, Provinsi D.I. Yogyakarta di 4 Kabupaten dan Provinsi Nusa Tenggara Timur di 22 Kabupaten/Kota.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News