Reporter: Grace Olivia | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Efek pemangkasan suku bunga The Federal Reserve sebesar 50 basis poin (bps) secara darurat langsung terlihat pada performa pasar keuangan Indonesia hari ini.
Lihat saja, nilai tukar rupiah di pasar spot menguat 1,19% ke level Rp 14.112 per dollar AS, sedangkan indeks saham (IHSG) berbalik arah mencatat kenaikan 2,38% ke level 5.650.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengatakan, kembalinya dana asing pasca pemangkasan suku bunga The Fed juga tecermin dari pembelian surat utang negara (SUN) yang besar oleh investor.
Baca Juga: Perkasa, rupiah ditutup menguat 1,2% ke Rp 14.113 per dolar AS hari ini
“Yield SUN hari ini turun signifikan, yaitu SUN seri FR0082 benchmark 10 tahun turun dari 6,77% ke 6,45%,” kata Nanang kepada Kontan.co.id, Rabu (4/3). Namun, hingga pukul 18.30 WIB, yield SUN telah bergeser ke 6,515%.
Menurut Nanang, ada dua alasan yang menyebabkan arus modal asing berbalik kembali ke pasar keuangan Indonesia. Pertama, posisi yield obligasi US Treasury tenor 10 tahun yang terus turun dan akhirnya menyentuh 0,9% sehingga menjadikan spread dengan yield SUN melebar menjadi 570 bps.
Kedua, investor mengantisipasi berlanjutnya penurunan suku bunga kebijakan di Indonesia. Seperti yang diketahui, BI pada Februari lalu telah lebih dulu memangkas suku bunga sebesar 25 bps ke level 4,75%.
“Jadi investor berusaha mengunci dananya dengan yield yang saat ini masih cukup tinggi yaitu 6,45% karena perkiraannya akan terus menurun ke 6%,” lanjut Nanang.
Adapun Nanang menjelaskan, keluarnya modal asing terutama dari pasar obligasi domestik sejak akhir Januari lalu akibat wabah corona merupakan aksi penyelamatan aset (flight to safety) ke aset yang dianggap aman oleh para investor portofolio seperti US Treasury.
Baca Juga: Arus modal asing kembali, rupiah pun perkasa
Investor membeli US Treasury tanpa mempertimbangkan tingginya imbal hasil yang menurut Nanang wajar terjadi saat pasar panik.
“Tapi pada titik tertentu, investor akan kembali melihat perbedaan imbal hasil. Apalagi jika bank sentral negara maju terus merespon dengan menurunkan suku bunga dan menggelontorkan likuiditas seperti saat ini,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News