kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.886.000   2.000   0,11%
  • USD/IDR 16.591   44,00   0,26%
  • IDX 6.968   134,77   1,97%
  • KOMPAS100 1.010   23,22   2,35%
  • LQ45 784   18,68   2,44%
  • ISSI 221   2,61   1,20%
  • IDX30 407   9,91   2,50%
  • IDXHIDIV20 479   12,24   2,62%
  • IDX80 114   2,26   2,03%
  • IDXV30 116   1,75   1,53%
  • IDXQ30 133   3,71   2,87%

Kepala BKF: Pandemi corona (Covid-19) mengantam komsumsi dan dunia usaha


Rabu, 13 Mei 2020 / 15:20 WIB
Kepala BKF: Pandemi corona (Covid-19) mengantam komsumsi dan dunia usaha
ILUSTRASI. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenekeu Febrio Nathan Kacaribu


Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Efek pandemi corona atau Covid-19 bukan ilusi. Ini nampak dari data-data makro ekonomi yang runtuh pada kuartal I 2020.

Febrio Nathan Kacaribu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan menyebut, Covid-19 telah memberikan ancaman  pada ekonomi Indonesia, baik dari sisi konsumsi dan dunia usaha. 

Indikator ini nampak, dari sisi konsumsi (demand) dan dunia usaha.

Dari sisi konsumsi semisal:  
Konsumsi termasuk pengeluaran konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (PKLNRT)  anjlok . Jika kuartal I 2019, kosumsi bisa sebesar 5,3%  menjadi hanya 2,7%

Adapun investasi juga ambruk dari  kuartal I 2019 sebesar 5% maka di Q1 2020 hanya 1,7%. Konsumsi pemerintah setali tiga uang, dari 5,2% menjadi hanya 3,7%.

Ekspor mengalami sedikit perbaikan. Jika pada Q1 2019, ekspor minus 1,6% menjadi  0,2%. Penurunan tren impor juga mengalami tren perbaikin meski tetap minus dari 7,7% di Q1 2019 menjadi 2,2% di Q1 2020.

Indikator dunia usaha juga mengalami kontraksi. 

Ini nampak dari beberapa indikator dari semua sektor. Sektor manufaktur dari 3,9% di Q1 2019 menjadi 2,1% di Q1 2020. Lantas perdagangan pada periode yang sama juga  5,2% menjadi 1,6%. Transportasi dari 5,5%  menjadi 1,3%,

Akomodasi dan minuman juga dari 5,2% menjadi 2%, Pertanian 1,8% menjadi 0%, Pertambangan 2,3% menjadi 0,4% dan kontruksi dari 5,9% menjadi 2,9%.

Dengan kondisi seperti itu, “Pertumbuhan ekonomi dalam skenario berat hanya akan tumbuh 2,3%, sementara skenario terberat -0,4%,” ujar Febrio. Ini jelas jauh dari target APBN tahun 2020 yang diproyeksi tumbuh 5,3%.

Menurut dia, besarnya eskalasi COVID-19 dan perlambatan ekonomi yang tajam harus dimitigasi dampaknya pada kesejahteraan masyarakat , melalui kebijakan extraordinary.

“Dengan berbagai langkah extraordinary, Pemerintah berupaya menjaga agar pertumbuhan dan dampak kesejahteraan tidak menuju skenario sangat berat,” ujarnya dalam video conference, Rabu (13/5)

Itulah sebabnya, kata dia langkah kebijakan penanganan dan pemulihan ekonomi di arashkan pada perbaikin sisi permintaan. Yakni dengan menjaga konsumsi, mendorong investasi serta mendukung ekspor impor.
.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×