Sumber: Kompas.com | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa puncak musim kemarau di Indonesia terjadi pada Juni, Juli, dan Agustus 2025.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring, Kamis (13/3/2025).
Namun, laporan terbaru BMKG menunjukkan, musim kemarau belum terjadi secara merata.
Dalam unggahan di akun resmi Instagram @infobmkg, Kamis (29/5/2025), BMKG melaporkan bahwa cuaca ekstrem masih berpeluang terjadi di berbagai wilayah selama musim kemarau belum merata.
Lalu, apa penyebab musim kemarau di Indonesia belum merata?
Baca Juga: Sampai Kapan Kemarau Basah di Indonesia Berlangsung? Ini Fakta-faktanya
Penyebab musim kemarau 2025 belum merata
Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menjelaskan, cuaca ekstrem masih terjadi di berbagai wilayah selama sepekan terakhir.
Padahal, cuaca secara umum sudah memasuki fase peralihan dari musim hujan menuju kemarau atau pancaroba.
“Pada periode ini, pola cuaca umumnya ditandai dengan kondisi cerah berawan pada pagi hingga siang hari, kemudian berpotensi hujan yang disertai petir pada sore hingga malam,” ujar Andri dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Jumat (30/5/2025).
Ia mengatakan, stasiun meteorologi di beberapa wilayah mencatat curah hujan sangat lebat hingga ekstrem dalam beberapa hari terakhir.
Kondisi tersebut berpotensi memicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor.
Salah satunya terjadi di Stasiun Meteorologi Sultan Bantilan, Sulawesi Tengah yang mengukur curah hujan sebesar 193.2 mm/hari pada Rabu (28/5/2025).
Hujan dengan intensitas sangat lebat juga terjadi di Stasiun Meteorologi Torea, Papua Barat sebesar 83.5 mm/hari pada Sabtu (24/5/2025) dan Stasiun Meteorologi Maritim Tegal, Jawa Tengah sebesar 83.2 mm/hari pada Senin (26/5/2025).
"Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun sebagian wilayah mulai mengalami transisi menuju musim kemarau, dinamika cuaca skala lokal maupun regional masih cukup aktif dan mampu memicu kejadian hujan signifikan di berbagai daerah di Indonesia,” ujar Andri.
Penyebab hujan masih terjadi saat peralihan menuju musim kemarau
Andri menyampaikan, hujan dengan intensitas tinggi masih terjadi dalam beberapa hari terakhir karena pengaruh beberapa fenomena atmosfer.
Salah satunya Madden-Julian Oscillation (MJO) yang saat ini berada pada fase empat atau Maritime Continent.
Adapun, MJO adalah suatu gelombang atau osilasi non-seasonal yang terjadi di lapisan troposfer yang bergerak dari arah barat menuju timur dengan periode osilasi kurang lebih 30-60 hari.
Fenomena tersebut memengaruhi kondisi anomali curah hujan di wilayah yang dilaluinya.
“Meskipun kontribusinya terhadap pembentukan awan hujan mulai menurun,” imbuh Andri.
Selain MJO, BMKG juga mendeteksi aktivitas gelombang atmosfer lain, seperti Rossby Ekuatorial, Kelvin, dan Low Frequency masih terpantau aktif dan diperkirakan berlanjut dalam sepekan
Ketiga gelombang tersebut berkontribusi terhadap pertumbuhan awan hujan di wilayah barat, tengah, dan timur Indonesia.
Faktor lain yang menyebabkan sebagian wilayah Indonesia masih diguyur hujan saat masa pancaroba adalah labilitas atmosfer skala lokal di wilayah selatan Indonesia turut memperkuat proses konvektif yang menyebabkan hujan lokal dengan intensitas sedang hingga lebat.
Ada pula interaksi regional yang dipicu oleh front dingin dari Australia bagian selatan telah memicu pembentukan sirkulasi siklonik atau sistem tekanan rendah di selatan Indonesia.
Fenomena tersebut meningkatkan potensi terjadinya hujan dengan durasi lebih lama dan cakupan wilayah yang luas.
“Mengingat atmosfer bersifat sangat dinamis, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, terutama di masa transisi seperti saat ini,” kata Andri.
“Meski beberapa wilayah di Sumatera dan Jawa masih berpotensi mengalami hujan berdurasi lama, hujan deras berdurasi singkat yang disertai petir, kilat, dan angin kencang masih mungkin terjadi secara tiba-tiba di berbagai daerah,” tambahnya.
Selanjutnya: Emiten Mulai Rajin Cari Pendanaan Lewat Pinjaman, Simak Rekomendasi Sahamnya
Menarik Dibaca: Ini 10 Kereta Api Favorit Penumpang Selama Libur Panjang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News