Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Musim panen raya sudah hampir habis. Tak heran, angka inflasi mulai melonjak akibat kenaikan harga bahan pangan. Ke depan, pemerintah harus waspada karena menjelang puasa hingga perayaan Lebaran usai, harga pangan akan terus naik dan menjadi pendorong inflasi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Mei 2015 tercatat sebesar 0,5%, lebih tinggi dibandingkan inflasi April sebesar 0,36%. Angka tersebut juga lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Mei tahun lalu sebesar 0,16%.
Secara year on year, laju inflasi Mei tercatat mencapai 7,15%. Sedangkan secara tahun kalender, terjadi inflasi sebesar 0,42%. Kemudian, inflasi komponen inti pada Mei mencapai 0,23% dan inflasi inti sebesar 5,04%.
Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), 81 kota mengalami inflasi, dan hanya satu kota yang mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di kota Palu sebesar 2,24% dan inflasi terendah terjadi di Singkawang sebesar 0,3%. Sedangkan deflasi terjadi di Pangkal Pinang sebesar 0,61%
Komponen bahan makanan menjadi penyumbang inflasi terbesar yaitu 1,39%. Adapun komponen bahan makanan yang dimaksud yaitu cabai merah dengan kenaikan harga 22,22%, daging ayam 5,09%, telur ayam ras 6,13%, bawang merah 6,19%, ikan segar 0,58%, dan bawang putih 8,81%.
Penyumbang inflasi terbesar kedua adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,5%, lalu kesehatan 0,34% dan sandang 0,23%. Kenaikan tarif listrik sebesar 0,26% pada bulan lalu juga menyumbang inflasi pada kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,2%. Kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi dan jasa keuangan menyumbang inflasi 0,2%, sedangkan sektor pendidikan, rekreasi, dan olahraga hanya 0,06%.
"Pemerintah harus waspada, karena inflasi pada bulan mendatang bisa lebih tinggi dari Mei," kata Kepala BPS, Suryamin, Senin (1/6).
Waspadai harga beras
Pada Juni-Juli, bahan makanan bisa kembali menjadi pendorong inflasi. Dengan berakhirnya musim panen raya, harga beras berpotensi naik di bulan mendatang.
Catatan BPS, harga rata-rata beras di bulan Mei mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Adapun harga beras di tingkat penggilingan menurun sebesar 0,9%, harga beras di tingkat grosir turun sebesar 0,75%, dan harga beras di tingkat eceran turun sebesar 0,88%.
Meski demikian, harga gabah di tingkat petani mengalami kenaikan yang cukup tinggi sebesar 7,83% dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan harga gabah tersebut, mengindikasikan akan adanya kenaikan harga beras pada Juni. "Ini sebagai warning juga, hati-hati bulan Juni kalau tidak dipantau akan berdampak pada harga beras tinggi," kata Suryamin.
Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menyatakan, pemerintah juga harus memerhatikan harga daging dan telur ayam ras serta bumbu-bumbuan untuk mengamankan inflasi Juni. Berbagai bahan makanan itu berpotensi naik harga akibat meningkatnya permintaan pada saat puasa dan Lebaran.
Perhitungan BPS, inflasi pada Juni masih akan di bawah 1%. Sedangkan inflasi Juli, Sasmito enggan memperkirakan. Ia hanya mau memperkirakan, terjadi deflasi pada Agustus dan September tahun ini karena saat itu daya beli masyarakat mulai turun akibat selesainya musim puasa dan lebaran. Saat itu harga pun ikut turun.
Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih memproyeksikan inflasi Juni mencapai 0,8% akibat kenaikan harga bahan makanan. Di bulan Juli, inflasi diproyeksikan 1,13%, tingkat inflasi tertinggi sepanjang tahun 2015. "Harga makanan, transportasi yang meningkat dan tahun ajaran baru, menyebabkan inflasi jadi tertinggi pada Juli," kata Lana.
Namun, Lana optimistis inflasi hingga akhir tahun ini masih sesuai target, di kisaranĀ 4,04%. Dengan catatan tidak ada kenaikan harga BBM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News