Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi
Akan tetapi, dalam kasus bulan ini, tekanannya tidak akan terlalu banyak pasalnya ada pengurangan mobilitas dari pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat sepanjang bulan Juli 2021.
“Kebetulan akibat PPKM ini tekanan dari sisi belanja pada subsidi tidak terlalu besar karena konsumsi minyak turun, seiring dengan mobilitas yang juga menurun,” jelasnya.
Sementara untuk ke depannya, Riefky optimistis harga minyak akan kembali meningkat. Bahkan hitungan kasarnya, harga minyak bisa melambung hingga lebih dari US$ 80 per barel hingga akhir tahun 2021.
Hal ini seiring dengan potensi progres pemulihan negara-negara yang bisa saja meningkatkan permintaan minyak menjelang akhir tahun.
Berbeda dengan Riefky, Bhima skeptis harga minyak berpotensi naik lagi. Ia malah memperkirakan harga minyak di akhir tahun akan bergerak di kisaran US$ 64 per barel hingga US$ 68 per barel.
Hal ini seiring dengan naiknya kasus Covid-19 di beberapa negara hingga saat ini, sehingga menurunkan permintaan energi dan penurunan impor minyak China. Ini membuat dunia dibayangi lagi oleh kelebihan suplai minyak (oversupply).
Selanjutnya: Simak proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari berbagai lembaga ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News