kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.294.000   -9.000   -0,39%
  • USD/IDR 16.614   36,00   0,22%
  • IDX 8.236   -14,60   -0,18%
  • KOMPAS100 1.128   -2,65   -0,23%
  • LQ45 793   -7,00   -0,87%
  • ISSI 293   1,63   0,56%
  • IDX30 415   -3,43   -0,82%
  • IDXHIDIV20 467   -5,36   -1,13%
  • IDX80 124   -0,48   -0,38%
  • IDXV30 134   -0,41   -0,31%
  • IDXQ30 130   -1,33   -1,01%

Kemkeu dorong pembentukan konsorsium asuransi barang milik negara


Jumat, 07 Desember 2018 / 23:44 WIB
Kemkeu dorong pembentukan konsorsium asuransi barang milik negara
ILUSTRASI. Isa Rachmatarwata, Dirjen Kekayaan Negara Kemenkeu


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan (Kemkeu) Isa Rachmatarwata menegaskan tidak akan membuka lelang pengadaan jasa untuk asuransi barang milik negara (BMN). Sebaliknya, pihaknya mendorong pembentukan konsorsium industri jasa asuransi.

"Kita akan mendorong konsorsium siapa (industri asuransi) yang sehat. Tetapi kita tidak akan masuk dalam mekanisme pengadaan secara kompetitif, seperti bidding (lelang) atau tender. Kita minta industri kompak," ujar Isa, Jumat (7/12).

Isa menjelaskan saat ini penilaian kembali (revaluasi) BMN masih dalam tahap audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Ia berharap, awal tahun depan hasil dan target sudah rampung.

Sementara, Direktur Barang Milik Negara (BMN) Encep Sudarwan mengatakan, nilai total BMN yang akan diasuransikan pada tahap pertama adalah sekitar Rp 11,5 triliun.

"Jadi kita teliti dulu yang bisa diasuransikan. Rencananya barang yang akan diasuransikan berupa gedung, jembatan, sekolah, bangunan, dan lain-lain. Totalnya, Rp 11,5 triliun," jelas Encep.

Encep menargetkan bila ke depannya pengelolaan aset negara akan beralih menjadi aset manager. Dengan demikian, revaluasi tak hanya menjadi langkah awal menyelesaikan administrasi tetapi juga jalan untuk mengolah aset negara secara efisien.

Saat ini nilai aset yang dimiliki BMN adalah sebesar 4.190 triliun dan diprediksi naik menjadi 5.700 triliun setelah dilakukan revaluasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×