Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melanjutkan pembangunan Akuifer Buatan Simpanan Air Hujan (ABSAH) untuk mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dampak Pandemi COVID-19.
Pada TA 2021, pembangunan infrastruktur ABSAH dilaksanakan melalui Program Padat Karya Tunai (PKT/cash for work) di 273 lokasi dengan alokasi anggaran sebesar Rp 80 miliar.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, Program PKT dilaksanakan melalui pembangunan infrastruktur yang melibatkan masyarakat/warga setempat sebagai pelaku, khususnya infrastruktur berskala kecil atau pekerjaan sederhana yang tidak membutuhkan teknologi. Tujuannya adalah untuk mendistribusikan uang hingga ke desa-desa.
Baca Juga: Produk berbasis saham bakal positif, cermati sektor konstruksi, properti & metal
“Selain untuk meningkatkan daya beli masyarakat, PKT juga bertujuan mendistribusikan dana hingga ke desa/ pelosok. Pola pelaksanaan PKT harus memperhatikan protokol physical & social distancing untuk pencegahan penyebaran Covid-19,” kata Basuki dalam keterangan tertulisnya, Rabu (13/1).
PUPR menyebut, infrastruktur ABSAH utamanya dibangun di daerah kering untuk menampung air hujan sebagai sumber air baku bagi masyarakat. Diharapkan teknologi ABSAH juga turut membantu masyarakat di daerah susah air khususnya di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi akibat Pandemi Covid-19.
PUPR mengatakan, pembangunan ABSAH akan melibatkan masyarakat penerima manfaat untuk masing-masing lokasi dengan total target 2.662 tenaga kerja. Sebagai informasi, pada TA 2020, Program PKT ABSAH telah menjangkau 104 lokasi senilai Rp 37,8 miliar.
Seperti diketahui, prinsip kerja Teknologi ABSAH adalah infrastruktur penyediaan air baku mandiri dengan menampung air hujan dalam tampungan yang disaring dengan media akuifer buatan (kerikil,pasir, bata merah,batu gamping, ijuk, dan arang).
Baca Juga: Cari peluang di tengah pandemi, Astra Otoparts (AUTO) kembangkan alat kesehatan
Inovasi ini sudah banyak diterapkan oleh Kementerian PUPR di wilayah sulit air/kering karena faktor geologi dan iklim, pulau – pulau kecil, dan daerah berair asin seperti Pulau Miangas, Pulau Hiri, Pulau Pasi, dan Pulau Lombok.
Selanjutnya: Kredit berwawasan lingkungan sulit berkembang, ini alasannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News