kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kementan targetkan diversifikasi pangan terlaksana di 2012


Minggu, 24 Juli 2011 / 11:30 WIB
Kementan targetkan diversifikasi pangan terlaksana di 2012
ILUSTRASI. Beberapa penyebab jantung berdebar perlu Anda perhatikan. (Tribun Jateng/ Hermawan Handaka)


Reporter: Irma Yani | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan bisa menerapkan program diversifikasi pangan dari beras ke non-beras, berlaku efektif pada tahun 2012. Rencana penerapan kebijakan diversifikasi pangan tersebut kini tengah dalam kajian Kementan.

"Mudah-mudahan 2012 sudah bisa. Tinggal dimatangkan, dalam 5 bulanan ini mudah-mudahan sudah selesai dikaji," kata Menteri Pertanian Suswono, akhir pekan lalu.

Namun, dia menyebut, penerapannya akan dilakukan bertahap atau tak diberlakukan serentak di seluruh wilayah di Indonesia. Pasalnya, perlu melihat kesiapan daerahnya masing-masing. "Sekarang ini sedang disiapkan juga di BKP (Badan Ketahanan Pangan) kajiannya, dan nanti bagaimana teknik operasionalnya. Karena selama ini raskin patokannya di beras. Kalau jagung nanti seperti apa, kalau gandum bagaimana, ini sedang dikaji," ujarnya.

Namun, meski belum diberlakukan kebijakan diversifikasi pangan tersebut, pihaknya menyambut baik inisiatif beberapa daerah yang saat ini telah mulai menerapkan kebijakan itu. Kementan masih dalam proses menghimbau. Surat edaran ke Gubernur dan Bupati sudah kita lakukan. Tapi dalam skala Jawa Barat, sekarang sudah menerapkan setiap Rabu itu non-beras.

Dia berharap rencana diversifikasi pangan benar-benar bisa diterapkan di seluruh Indonesia. Pasalnya, konsumsi beras dalam negeri tercatat cukup besar. Selama ini pangan identik dengan beras. Padahal Indonesia punya karbohidrat di luar beras yang cukup beragam, seperti sagu, jagung, sorbun, ganyong, umbi-umbian.

"Maka, untuk daerah-daerah yang sudah siap misalnya punya potensi sagu yang cukup besar, kenapa tidak digantikan saja raskinnya ke sagu," urainya.

Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan Ahmad Suryana menambahkan, rencana penerapan rakyat miskin (raskin) menjadi pangan untuk rakyat miskin (pangkin) lantaran selama ini mayoritas penduduk Indonesia mengkonsumsi beras cukup tinggi. "Padahal, bahan pangan di Indonesia ini sangat banyak dan memiliki kandungan gizi yang tak kalah dengan beras," terangnya.

Dia mengatakan, dengan diversifikasi pangan, nantinya warga miskin di daerah-daerah yang selama ini mendapat raskin akan diberikan pangan miskin sesuai dengan jenis pangannya masing-masing. Untuk tahap awal, pangkin yang akan diberikan tidak seluruhnya dalam bentuk sagu atau jagung maupun singkong, namun sebagian masih dalam bentuk beras.

Misalnya, di Papua dalam satu rumah tangga miskin akan mendapat delapan beras dan tujuh tepung sagu. "Yang jelas jumlahnya dalam satu rumah tangga miskin akan mendapatkan 15 kilogram dalam sebulan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×