Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus melakukan pembinaan dan pengembangan terhadap sektor IKM dalam rangka penguatan struktur industri nasional. Untuk itu, Kemenperin mendorong penumbuhan populasi IKM sesuai dengan sektor prioritas yang juga tengah dipacu kepada industri skala besar.
“Kami melakukan fasilitasi peningkatan kemampuan terhadap 43 sentra IKM, yang meliputi sentra IKM pangan, barang dari kayu dan furniture, sentra IKM kimia, sandang, aneka dan kerajinan, serta sentra IKM logam, mesin, elektronika dan alat angkut,” ujar Airlangga Hartanto dalam keterangan tertulis yang KONTAN terima pada Selasa (29/8) terkait kunjungan kerja di Padang, Sumatera Barat, akhir pekan lalu.
Salah satu upaya mendukung penumbuhan unit usaha baru sektor IKM di Provinsi Sumatera Barat, Kemenperin memfasilitasi pemberian mesin dan peralatan produksi bagi IKM alat mesin pertanian (alsintan) dan sentra IKM tenun.
“Diharapkan IKM alsintan di Sumatera Barat dapat berinovasi dan memasarkan produknya untuk mendukung sektor industri pengolahan pangan dan pertanian,” tuturnya.
Pada acara Wisuda SMK - Sekolah Menengah Analis Kimia (SMAK) dan Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMTI) Padang, secara simbolis Menperin menyerahkan mesin dan peralatan alsintan kepada peserta Bimbingan Teknis Penumbuhan dan Pengembangan IKM Alsintan di Kabupaten Padang Pariaman, Payakumbuh dan Limapuluh Kota. Selain itu, mesin dan peralatan tenun untuk sentra IKM tenun Lintau Buo Tanah Datar.
“Untuk IKM tenun di Tanah Datar yang saat ini masih menggunakan alat tenun gedogan, dengan adanya bantuan mesin peralatan ATBM Jaquard ini diharapkan lebih meningkatkan produktivitasnya,” kata Airlangga.
Ke depan, sasarannya adalah produk yang dihasilkan dapat dipasarkan secara luas melalui program e-Smart IKM, e-catalog, dan lain-lain.
Di Ranah Minang, Menperin sempat mengunjungi pusat produksi kripik singkong balado Ummi Aufa Hakim. Tidak hanya mencicipi panganan atau oleh-oleh khas Padang tersebut, Airlangga melihat secara langsung proses pengolahannya termasuk ikut juga menggoreng kripik singkongnya. “Enak dan gurih kripiknya,” ungkapnya.
Dirjen IKM Gati Wibawaningsih mengatakan, kripik sanjai (singkong) Ummi Aufa Hakim termasuk dalam produk unggulan IKM pangan binaan Kemenperin. "Ini kami jadikan unggulan karena perkembangannya sangat cepat, baik dalam omzet maupun penyerapannya terhadap tenaga kerja lokal," jelasnya.
Didirikan sejak tahun 1999 oleh Lukman El Halim di Kota Payakumbuh, awalnya hanya memproduksi kripik sanjai balado dengan kapasitas 300 kg per bulan dengan dibantu lima tenaga kerja. Seiring waktu, usahanya terus berkembang dan Lukman mulai berani membuka gerai pada tahun 2005 dan 2011.
Bahkan, usahanya mendapat pembinaan melalui fasilitas perbaikan desain kemasan dan program One Village One Product (OVOP). Kemenperin juga memfasilitasi bimbingan penerapan dan sertifikasi Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP).
Saat ini, kapasitas produksinya sebesar menjadi 300 ton per bulan dengan jumlah mitranya mencapai 100 unit usaha dan menyerap lebih dari 1.000 tenaga kerja. Omzet mitranya rata-rata mencapai Rp 600 juta per bulan. Lukman juga bermitra dengan 20 petani singkong di Payakumbuh dan Padang Pariaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News