kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.303.000   7.000   0,30%
  • USD/IDR 16.584   -33,00   -0,20%
  • IDX 8.251   84,91   1,04%
  • KOMPAS100 1.131   14,37   1,29%
  • LQ45 800   15,27   1,95%
  • ISSI 291   1,34   0,46%
  • IDX30 418   7,16   1,74%
  • IDXHIDIV20 473   8,42   1,81%
  • IDX80 125   1,66   1,35%
  • IDXV30 134   1,28   0,97%
  • IDXQ30 131   2,43   1,89%

Kemenkeu: Danantara Jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi 2026, Capex Tembus Rp720 Triliun


Kamis, 09 Oktober 2025 / 18:39 WIB
Kemenkeu: Danantara Jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi 2026, Capex Tembus Rp720 Triliun
ILUSTRASI. Pemerintah menaruh harapan besar pada konsolidasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah holding Danantara . ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menaruh harapan besar pada konsolidasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah holding Danantara sebagai penggerak utama investasi nasional sekaligus mesin pertumbuhan ekonomi pada 2026.

Danantara diharapkan menjadi sumber pendorong investasi strategis yang mampu memperkuat sinergi antar BUMN serta kolaborasi dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, Danantara akan memainkan peran penting dalam mempercepat investasi dan pembangunan infrastruktur bernilai tambah tinggi.

Baca Juga: OJK Ingatkan Bank Danantara Hati-Hati Menentukan Bunga Deposito Valas

“Penajaman-penajaman khususnya dengan cara baru, cara baru ini yang baru tentunya ada Danantara. Danantara ini menjadi holding yang mau synergize BUMN semuanya secara benchmarking dan sinergi yang kuat di dalamnya, dan dia akan berkoordinasi dan berkolaborasi kuat dengan APBN,” ujar Febrio di Jakarta, Kamis (9/10/2025).

Menurut Febrio, belanja modal (capital expenditure/capex) dari BUMN akan melonjak signifikan seiring beroperasinya Danantara. Pada 2025, belanja modal BUMN diperkirakan mencapai Rp 380 triliun, dan pada 2026 meningkat hampir dua kali lipat menjadi Rp 720 triliun di bawah konsolidasi Danantara.

“Kita berharap investasi ini akan banyak didorong oleh teman-teman di Danantara. Kalau tahun 2025 estimasi kita capex dari BUMN itu sekitar Rp 380 triliun, 2026 kita harapkan meningkat cukup tajam di bawah Danantara, sekitar Rp 720 triliun,” jelasnya.

Baca Juga: Danantara Menyuntik Modal ke GIAA Senilai US$ 1,84 Miliar

Kenaikan signifikan tersebut menjadikan belanja modal BUMN sebagai salah satu pilar utama pembentukan investasi nasional di tahun depan. Pemerintah memperkirakan Danantara akan menyumbang sekitar 9% terhadap Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), sedangkan capex dari APBN berkontribusi sekitar 7%.

Meski kontribusi BUMN meningkat, Febrio menegaskan bahwa alokasi belanja modal dari APBN akan tetap kuat. Fokus belanja pemerintah akan diarahkan pada pembangunan infrastruktur dasar seperti jembatan, jalan, sekolah, dan proyek konektivitas di daerah.

“Capex dari APBN itu tetap nggak berkurang, Rp 490 triliun kita estimasi untuk 2025, lalu Rp 530 triliun untuk 2026. APBN tetap akan melakukan capex untuk konektivitas yang dasar seperti jembatan, jalan, dan infrastruktur daerah,” tutur Febrio.

Pemerintah optimistis kombinasi belanja modal BUMN dan APBN akan memperkuat struktur investasi nasional dan mendorong efisiensi pertumbuhan ekonomi. Sinergi ini diharapkan dapat mempercepat penurunan Incremental Capital Output Ratio (ICOR), indikator efisiensi antara investasi dan output ekonomi.

Baca Juga: Revisi UU BUMN Perkuat Danantara, tapi Tantangan Tata Kelola Belum Selesai

Lebih lanjut, investasi strategis akan difokuskan pada sektor-sektor bernilai tambah tinggi seperti pengolahan sumber daya alam (SDA), pertanian, mineral, serta manufaktur berbasis hilirisasi.

“Sektor-sektornya seperti yang sudah sering kita sebutkan, pilarisasi SDA baik dari pertanian maupun mineral dan tambang, kita harapkan akan menciptakan manufaktur nilai tambah tinggi,” kata Febrio.

Pemerintah menargetkan pertumbuhan investasi mencapai sekitar 5% pada 2025, dan meningkat menjadi 5,2% atau lebih pada 2026, seiring peningkatan kualitas dan efisiensi penggunaan modal.

“Kualitas investasinya kita harapkan lebih bernilai tambah tinggi sehingga ICOR-nya akan secara gradual turun,” pungkas Febrio.

Selanjutnya: AAJI Dorong Inovasi Produk Unitlink agar Tetap Diminati Masyarakat

Menarik Dibaca: 6 Manfaat Kolagen untuk Rambut Sehat dan Kuat, Cari Tahu Yuk!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×