kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemenkes usul penambahan anggaran Rp 28 triliun untuk penanganan Covid-19 tahun 2021


Kamis, 23 September 2021 / 21:28 WIB
Kemenkes usul penambahan anggaran Rp 28 triliun untuk penanganan Covid-19 tahun 2021
ILUSTRASI. Tenaga kesehatan memberikan simbol semangat 'finger heart' kepada pasien yang telah dinyatakan sembuh dari COVID-19


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan mengusulkan penambahan anggaran penanganan Covid-19 tahun 2021 sebesar Rp 28 triliun.

Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes Abdul Kadir mengatakan, total anggaran tahun 2021 yang dibutuhkan adalah Rp 64,7 triliun. Saat ini baru tersedia sekitar Rp 36,2 triliun. Artinya masih terdapat kekurangan anggaran sekitar Rp 28,5 triliun.

Abdul menjelaskan, klaim penanganan Covid-19 dari Januari 2021 sampai 8 Juli 2021 sebesar Rp 36,2 triliun. Kemudian klaim penanganan Covid-19 dari 9 Juli 2021 sampai 10 September 2021 sebesar Rp 21 triliun. Jadi jumlah klaim sudah sebesar Rp 57,2 triliun.

Selanjutnya, dalam kurun waktu saat ini hingga akhir tahun 2021, Kemenkes memprediksi membutuhkan anggaran sekitar Rp 7 triliun dengan estimasi kasus melandai seperti saat ini.

Baca Juga: Kemenkes: Pembayaran insentif nakes telah mencapai 83,4% dari alokasi anggaran

“Artinya kami masih membutuhkan anggaran sekitar Rp 28 triliun. Ini lagi akan kita ajukan lagi ke kementerian keuangan tahun ini,” ucap Abdul saat rapat dengar pendapat dengan Komisi IX DPR RI, Kamis (23/9).

Adapun, berdasarkan data per 20 September 2021, realisasi pembayaran klaim pelayanan Covid-19 sebesar Rp 32,06 triliun untuk sekitar 1.405 fasilitas pelayanan kesehatan (rumah sakit).

Abdul mengakui, penambahan anggaran ini di luar prediksi Kemenkes. Sebab, ternyata terjadi kenaikan lonjakan kasus Covid-19 pada kurun waktu sekitar Juni – Juli 2021 yang berdampak pada bertambahnya anggaran penanganan Covid-19.

“Kasus Covid-19 ini unpredictable, tidak bisa kita prediksi. Kita kan kemarin bulan juni, juli, agustus kenaikan kasusnya sangat tinggi, kami tidak pernah prediksi akan seperti itu,” jelas Abdul.

Lebih lanjut Abdul menerangkan, akan diterapkan petunjuk teknis klaim penggantian biaya pelayanan pasien Covid-19 dengan sistem pembiayaan INA CBGs (Indonesia Case Base Groups) dari yang sebelumnya menggunakan sistem daily cost. INA CBGs ini akan mulai berlaku pada 1 Oktober 2021.

Baca Juga: Jokowi: Pelajar yang sudah divaksin Covid-19 bisa kembali lakukan PTM

Adapun INA CBGs merupakan sebuah model pembayaran yang digunakan untuk mengganti klaim yang ditagihkan oleh rumah sakit. INA-CBG merupakan sistem pembayaran dengan sistem "paket", berdasarkan penyakit yang diderita pasien.

Rumah Sakit akan mendapatkan pembayaran berdasarkan tarif INA CBGs yang merupakan rata-rata biaya yang dihabiskan oleh untuk suatu kelompok diagnosis.

Misalnya, seorang pasien menderita Covid-19. Dengan demikian, sistem INA-CBG sudah "menghitung" layanan apa saja yang akan diterima pasien tersebut, berikut pengobatannya, sampai dinyatakan sembuh atau selama satu periode di rawat di rumah sakit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×