kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Kemendag Ungkap Hambatan Perundingan IEU-CEPA yang Tak Kunjung Rampung


Rabu, 06 Maret 2024 / 18:07 WIB
Kemendag Ungkap Hambatan Perundingan IEU-CEPA yang Tak Kunjung Rampung
ILUSTRASI. Indonesia dan Uni Eropa telah menuntaskan perundingan IEU-CEPA putaran ke 17 .


Reporter: Leni Wandira | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Indonesia dan Uni Eropa telah menuntaskan perundingan Indonesia- European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) putaran ke 17 pada 26 Februari 2024 hingga 1 Maret 2024 di Bandung, Jawa Barat. 

Namun, hingga saat ini Indonesia masih belum bisa mencapai kesepakatan IEU CEPA perundingan sudah berlangsung selama tujuh tahun lamanya.

Adapun Indonesia memulai perundingan pertama kalinya melalui joint announcement di Jakarta dan Brussels, Belgia pada Juli 2016.

Baca Juga: IEU-CEPA Rampung Tahun Ini, Kemendag Yakin Indonesia Bisa Kejar Vietnam

Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kemendag Kasan mengungkapkan sejumlah alasan mengapa IEU CEPA belum mencapai kesepakatannya. Mengingat Vietnam, telah mencapai kesepakatan dalam kerja sama dengan Uni Eropa tersebut. 

Kasan menjelaskan bahwa waktu yang dibutuhkan Vietnam untuk mencapai kesepakatan ini juga memakan waktu bertahun-tahun lamanya.

"Setiap negara berunding belum tentu punya standar yang sama. Jangankan jumlah round, periode tahunnya belum tentu sama," kata Kasan usai acara Gambir Talk di Hotel Borobudur Jakarta Pusat pada Rabu (6/3).

Asal tahu saja, Vietnam merupakan negara yang lebih dulu bekerja sama dengan European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement atau EU CEPA dibanding Indonesia. 

"Hitung saja, Vietnam dari tahun 2012 dia bisa selesai tahun 2020. Tergantung dia-nya apakah dalam setahun ada dua round atau lebih," sambungnya.

Terlepas dari berapa lama waktu Vietnam mencapai kesepakatan dagang dengan Eropa itu. Pemerintah RI akan tetap mencari tahu kiat-kiat Vietnam berhasil membuat kesepakatan perjanjian dagang internasional tersebut.

"Kami ingin memberikan situasi di mana pengalaman negara lain yang sudah menyelesaikan perundingan ini," ujar dia.

Baca Juga: IEU-CEPA Bahas EUDR, Pastikan Akses Pasar Sektor Pertanian ke EU Tidak Terganggu

Secara garis besar menurutnya, kenapa perundingan Vietnam dengan EU-CEPA disetujui di antaranya adalah kedua negara menyetujui soal batasan nilai procurement-nya atau pengadaan dan domistic regulation.

Kepala Badan Kebijakan Perdagangan, Kasan.

"Dia (Vietnam) hanya memperbolehkan atau memberikan ruang di beberapa kota saja dan soal besaran dari suatu pemerintah," ujarnya.

Menurutnya beberapa hal sudah dilakukan Indonesia, namun tidak pada di mana Vietnam bisa mengubah suatu regulasi agar perundingan itu mencapai kesepakatan. 

Ada pendekatan yang dilakukan pada 3 pilar EU CEPA yakni dari EU commision, EU parlemen dan EU council.

Saat ditanya apakah Indonesia akan mengadopsi kiat-kiat Vietnam dapat menyelesaikan perundingan itu, Kasan mengatakan pihaknya baru tahap saling dialog informasi dengan negara yang lebih dulu melakukan kesepakatan.

"Ini kan dialog, kita (Indonesia) ingin belajar dari orang lain yang lebih dulu menyelesaikan, Nanti tergantung Indonesia sendiri mau menggunakan hal yang sama atau mau modifikasi atau sebagainya itu kami pertimbangkan," ujarnya.

Saat ditanya, apakah salah satu hal yang membuat perundingan perjanjian dagang itu tidak mencapai kesepakatan karena Undang-Undang Anti Deforestasi atau EUDR, Kasan menepisnya.

"Perundingan kan sudah mulai dahulu. EUDR ada, tapi dua hal itu tidak bisa dihubungkan. Enggak ada kaitannya," katanya.

Baca Juga: Indonesia dan Uni Eropa Langsungkan Putaran ke-17 Perundingan I-EU CEPA

Kasan tegas perundingan IEU-CEPA ini ditargetkan rampung pada tahun 2024. Untuk itu, menurutnya perlu dukungan beberapa pihak termasuk pelaku usaha dalam negeri untuk memastikan target ini tercapai. 

IEU-CEPA dipastikan dapat menguntungkan kedua belah negara. Ke depan, ia berharap melalui perjanjian dagang ini Indonesia tidak hanya bisa meningkatkan ekspor komoditas potensial saja seperti di sektor pertanian. 

Ia juga berharap ada pertukaran komoditas yang bisa dikerjasamakan dalam bentuk jasa ataupun hal lainnya.

"Saya berharap tren positif dalam dua putaran terakhir dapat terus dipertahankan sehingga target Presiden RI dan Presiden Komisi Eropa untuk menyelesaikan perundingan I-EU CEPA di tahun ini dapat dicapai," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×