Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengatakan Indonesia berpotensi meningkatkan ekspor produk hortikultura ke Jepang. Hal ini pun mengingat permintaan buah dan sayuran di Jepang tengah meningkat.
Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Kemendag, Sulistyawati mengatakan, peningkatan ekspor ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan perjanjian perdagangan internasional.
“Ekspor buah dan sayuran berpotensi ditingkatkan ke Jepang. Dengan skema Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Jepang (IJEPA), para pelaku usaha dapat memanfaatkan fasilitas tarif ekspor nol% untuk komoditas nanas dan pisang," ujar Sulistyawati dalam keterangan tertulis, Kamis (23/7).
Baca Juga: Food estate, kolaborasi Jokowi - Prabowo wujudkan kedaulatan RI di bidang pangan
Dalam kerangka IJEPA, kuota tarif nol% yang ditetapkan untuk ekspor pisang segar yaitu sebanyak 1.000 metrik ton per tahun, sementara untuk nanas segar sebanyak 300 metrik ton per tahun.
Meski begitu, ada sejumlah spesifikasi yang harus dipenuhi untuk masuk ke pasar Jepang. Beberapa spesifikasi tersebut seperti persyaratan maksimal berat nanas 900 gram. Selain itu, Jepang juga meminta produk sayur dan buah dalam keadaan beku (frozen) agar bisa bertahan lama.
Sementara itu, Konsul Jenderal KJRI Osaka Mirza Nurhidayat menerangkan, impor produk sayur dan buah Jepang meningkat karena produksi dalam negeri Jepang semakin sedikit. Ini menjadi peluang dan tantangan bagi Indonesia, dimana Indonesia harus meningkatkan daya saing produk sayur dan buahnya.
Dia pun menjelaskan tiga hal utama yang harus diperhatikan dalam memasuki pasar Jepang. Tiga Hal tersebut adalah kualitas, kuantitas, dan kontinuitas.
Dia menerangkan, kualitas berkaitan dengan pemenuhan persyaratan standar kelayakan pangan yang diakui Jepang, pengemasan dengan deskripsi yang jelas, dan pelabelan yang menarik.
Baca Juga: Dengan baby buncis, kelompok tani di Lembang bisa tembus pasar ekspor mancanegara
Selanjutnya kuantitas berkaitan dengan jumlah produk yang diekspor konsisten. Sedangkan kontinuitas terkait dengan kesanggupan dalam mempertahankan keberlanjutan ekspor. "Diperlukan kolaborasi dan kerja keras semua pihak agar ketiga poin utama ini dapat terlaksana,” jelas Mirza.
Adapun, di 2019, Jepang merupakan importir sayuran ketujuh dengan pangsa pasar 3,4%, dan importir buah-buahan ketiga belas dunia dengan pangsa sebesar 2,5%. Impor produk buah dan sayuran Jepang pun menunjukkan peningkatan dalam 5 tahun terakhir.
Pada kuartal I 2020, impor sayuran Jepang mencapai US$576 juta sementara impor buah JEpang mencapai US$ 750,9 juta.