Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Dalam berbagai kesempatan kampanye, presiden terpilih AS Donald Trump berjanji akan melakukan kebijakan proteksionisme terhadap perdagangan.
Kebijakan ini dipandang oleh banyak pihak bakal memberikan dampak negatif terhadap perdagangan dunia.
Kementerian Perdagangan RI (Kemendag) pun memonitor perkembangan kemungkinan kebijakan proteksionisme yang bakal diterapkan di AS. Pasalnya, kebijakan proteksionisme tersebut berpotensi menimbulkan gejolak dalam perdagangan.
"Sikap proteksionisme akan berakibat pada lanskap perdagangan global dan kinerja perdagangan Indonesia," ujar Plt Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Tjahya Widayanti di Jakarta, Rabu (16/11).
Tjahya mengungkapkan, apabila presiden terpilih AS secara konsisten menerapkan kebijakan proteksionisme seperti yang ditegaskannya pada saat kampanye, maka secara tidak langsung bakal terjadi gejolak pada perdagangan dunia.
Secara spesifik, Trump juga menegaskan bakal menaikkan tarif barang yang masuk dari China. "Apabila Presiden AS ini secara konsisten melakukan kebijakan, maka lanskap perdagangan global akan berubah terutama dengan adanya perang perdagangan antara AS dan China. Pada 2015 kedua negara memiliki pangsa 23,6% dari total perdagangan global, secara langsung bisa berdampak negatif terhadap ekspor China di mana ekspor China ke AS 18,6%," tutur Tjahya.
Tjahya memandang, dampak turunan dari gejolak hubungan dagang antara AS dan China akan mempengaruhi perdagangan negara lain, terutama pada negara yang ekspor utamanya adalah China.
"Semakin terdampaknya ekspor China ke AS akan berdampak pula pada input negara-negara dari Asia," imbuh Tjahya.
Adapun pengaruh terhadap perdagangan Indonesia, Tjahya menyatakan apabila pasar antara AS dan China tidak stabil, maka kinerja perdagangan Indonesia akan terganggu. Pasalnya, China dan AS merupakan pangsa pasar utama ekspor Indonesia.
"Untuk Indonesia, apabila pasar China dan AS tidak stabil, kinerja perdagangan Indonesia akan terganggu karena pangsa pasar China dan AS mencapai 20,8 persen," terang Tjahya. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News