Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pemerintah ternyata belum benar-benar yakin mengeksekusi pre-funding. Aksi ini merupakan langkah penerbitan surat utang (obligasi) di akhir tahun 2016 untuk membiayai kebutuhan dana di awal 2017.
Salah satu pertimbangan pemerintah adalah kondisi pasar surat obligasi yang masih fluktuatif, di tengah gejolak ekonomi global. Penyebabnya adalah hasil pemilihan umum di Amerika Serikat (AS) yang memenangkan Donald Trump sebagai presiden dan mendorong ketidakpastian langkah AS di pasar global.
Sebelumnya, pemerintah sempat menyebut berencana merilis surat utang negara (SUN) sebesar Rp 40 triliun. "Kita akan hitung ulang apakah memang perlu segitu," kata Direktur Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Selasa (15/11) di Jakarta.
Robert mengaku, pihaknya masih menunggu momentum yang tepat mengenai pre-funding ini. Jika kondisi pasar cukup kondusif, maka pemerintah bisa saja akan menerbitkan sesuai yang direncanakan.
Tetapi kalau kondisi market tidak memungkinkan, pemerintah tidak akan memaksakan diri melakukan pre-funding. Menurutnya, tanpa pre-funding-pun kebutuhan pendanaan di awal tahun masih bisa ditutupi melalui Sisa Anggaran Lebih (SAL) tahun 2016 dan penerbitan surat utang di awal tahun.
Meski demikian, Robert optimistis kondisi pasar yang fluktuatif ini hanya sementara. Kondisi fundamental dalam negeri dinilai masih cukup baik untuk menahan gejolak yang terjadi, agar tidak berlanjut.
Sehingga, dampak kemenangan Trump yang membuat nilai tukar terdepriasi hingga Rp 13.800 per dollar AS beberapa hari lalu hanya akan terjadi dalam jangka pendek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News